ACT Luncurkan Program Sedekah Modal Usaha Guna Bangkitkan Ekonomi Mikro Terdampak Covid-19 di Aceh

Foto Nek Kaoy, penjual mie caluek asal Lambaro, Pidie, saat menyiapkan mie caluek untuk pelanggan

Barometernews.id | Aceh Selatan, – Kasih seorang ibu tidak pernah lekang kepada anak-anaknya. Bila akhirnya sang suami telah pergi menghadap ilahi, sosok ibu rela banting tulang mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Di antara mereka ada yang menjual ikan, menjual mie caluek, bakso goreng, dan berdagang kecil-kecilan.

Adalah Indra Wati (43), warga Dusun Ujung Padang, Trumon Tengah, Aceh Selatan, 10 tahun lebih ia menafkahi anaknya dari usaha menjual bakso goreng seorang diri. Dengan usahanya ini pula ia bisa membiayai dua anaknya hingga kuliah, dan seorang lagi sedang mempersiapkan diri mengenyam pendidikan di dayah.

Bacaan Lainnya
Foto Indra Wati, warga Dusun Padang, Aceh Selatan, berjualan bakso goreng untuk menafkahi keluarganya

Saat ditemui tim Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Aceh Selatan – Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh, ia nampak tengah duduk menunggu pelanggan bakso goreng, Aceh Selatan, Senin (01/06). Kehadiran MRI Aceh Selatan – ACT Aceh guna menyerahkan sedekah modal usaha dalam program Sahabat UMI (Usaha Mikro Indonesia). Melalui suntikan modal usaha untuk kaum ibu pedagang tulang punggung keluarga yang terdampak covid-19.

Biasanya, Indra Wati menjual dagangannya di sekolah dengan pendapatan bersih per hari mencapai Rp 100.000. Uang sebesar itu digunakan memenuhi kebutuhan sehari-hari Rp 50.000. Selebihnya ditabung sehingga bisa dipergunakan sewaktu-waktu kalau dibutuhkan.

Corona pun melanda. Sekolah diliburkan. Indra kini terpaksa menjual dagangan di depan rumah. Penghasilannya menurun drastis. Tak patah semangat, ia bersedia menerima orderan membuat kue agar biaya hidup keluarga kecilnya terpenuhi. Sesekali kebutuhan hidup keluarganya dibantu anak perempuan dengan melayani jasa menjahit.

“Beginilah kondisi saya. Sekolah-sekolah diliburkan. Kalau mau tambahan uang, saya usahakan menjual dagangan di hari pekan, Minggu, agar banyak laku,” Terangnya.

Head of Program ACT Aceh Laila Khalidah menuturkan,  program Sahabat UMI yang belum lama ini diluncurkan bertujuan menghidupkan kembali semangat berdagang dan pemberian modal usaha sesuai dengan syariat dan tuntunan Rasullulah.

Sahabat UMI diharapkan menjadi langkah strategis penguatan dan pengembangan sektor ekonomi berbasis syariah agar transaksi dan perputaran uang di masyarakat tetap berjalan. “Ini adalah bentuk tindakan preventif terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan tanpa adanya solusi konkrit bagi pelaku usaha ultra mikro di tengah pandemic covid-19,” Tutupnya.

Ia mengatakan, dana umat yang terhimpun berbasis sedekah diharapkan menjadi penetrasi permodalan sesuai skema syariah untuk mendongkrak kembali perekonomian khususnya bagi UMKM terdampak pandemi. “Program ini dilaksanakan oleh cabang ACT seluruh Indonesia agar usaha mikro dapat bertahan dalam kondisi seperti sekarang ini. Insya Allah program Sahabat UMI akan terus berlanjut,” Ucapnya.

Manfaat Sahabat UMI  juga sudah dirasakan Halimah Shaleh, warga Gampong Udeung, Bandar Baru, Pidie Jaya. Selain membuka kios kecil di depan rumahnya sejak tahun 2000, ia juga menjual ikan di pasar demi menafkahi 6 anaknya seorang diri setelah suaminya pergi menghadap ilahi.

Namun, kondisi ekonomi keluarganya semakin sulit akibat wabah corona. Dagangan di kios yang biasanya didatangi anak-anak sekolah sepi pembeli. Modal usaha terpaksa digunakan memenuhi kebutuhan pokok keluarga.

“Kondisi sekarang memang sulit, mudah-mudahan corona segera berakhir,” Ucapnya penuh harap.

Nasib serupa juga dialami sosok yang akrab disapa Nek Kaoy, warga Lambaro, Geulumpang Tiga, Pidie. Nek Kaoy menopang kehidupan buah hatinya dengan menjual mie sejak tahun 1980 di pinggiran jalan Lambaro. Suaminya telah menghadap ilahi, meninggalkan Nek Kaoy bersama empat buah hatinya yang kala itu berusia anak-anak.

Kini Nek Kaoy tinggal berdua bersama putrinya yang telah menjanda karena suaminya meninggal dunia. Satu anak lagi telah tiada ditelan tsunami 2004. Sedangkan dua anak lainnya sudah menetap terpisah darinya.

Nek Kaoy masih bisa berjualan seperti biasa di tengah pandemi. Namun, pembatasan aktivitas masyarakat guna mencegah penyebaran corona berdampak besar terhadap penghasilannya. Ia sangat berharap agar bisa mendirikan kios lebih layak dan nyaman, tidak di bawah terik matahari yang terkadang jika hujan deras membasahi dagangannya. [Yuty]

Pos terkait