Oleh: DR. Basuki Ranto
Dosen Pascasarjana Universitas Suropati
Akhir-akhir ini masyarakat masih dihadapkan kepada kegamangan untuk mendapatkan bahan bakar pertalite dan solar (BBM Subsidi), karena harus melakukan sebuah tahapan aplikasi MyPertamina guna diidentifikasi kendaraan maupun indikasi lainnya yang layak bisa membeli bahan bakar pertalite dan solar tersebut yang selama ini banyak bocor artinya orang yang berkemampuan justru banyak menggunakan bahan bakar tersebut yang seharusnya dia berada dikelasnya bukan pada bahan bahar bersubsidi.

Ternyata banyak komentar bahwa untuk mengakses aplikasi tersebut tidaklah cukup sekedar memenuhi persyaratan mendapatkan bahan bakar rakyat kecil yaitu dan pertalite dan solar karena untuk pembayarannya harus terkait dengan menaruh dana di LinkAja karena aplikasi tersebut terintegrasi dengan MyPertamina tidak boleh hanya memproses salah satu. Dalam bisnis syah-syah saja melakukan sebuah inovasi menggabungkan sistem transaksi pembelian dengan sistem transaksi pembayaran, namun yang menjadi masalah adalah bahwa transaksi pembelian dengan aplikasi MyPertamina mengharuskan pembayaran dengan LinkAja, sementara masyarakat terbiasa dengan caranya masing-masing misalnya dengan debit rekening, menggunakan kartu kredit atau menggunakan alat bayar lain dan masih banyak yang menggunakan tunai karena belinya disesuaikan dengan kemampuan pendapatan hari itu.
Disisi lain apakah dengan mengintegrasikan dua sistem transaksi pembelian dan pembayaran yang hanya dengan LinkAja bukan merupakan sebuah praktek monopoli? Belum lagi untuk bisa melakukan pembayaran dengan LinkAja selain harus menyetor sebuah dana juga dikenakan beban biaya pada setiap kali mengisi dan topup, besarnya tidak berat sih Rp.1.000 tetapi kali berapa juta kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar dan pertalite. Apakah ini bukan merupakan sebuah cara yang seolah-olah memaksa.
Bahan Bakar Bersubsidi
Sebagaimana diketahui bahwa pertalite dan solar merupakan bahan bakar yang harganya masih disubsidi yang artinya konsumen belum dibebankan kepada harga yang sesungguhnya berdasarkan perhitungan harga pokok penjualan yang melibatkan semua komponen biaya harga pokok. Sehingga masih ada selisih harga merupakan subsidi yang harus ditanggung Pemerintah dalam hal ini perusahaan plat merah tersebut.
Sebagaimana diketahui bahwa PT Pertamina membuka pendaftaran Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi yang akan dilaksanakan mulai 1 Juli 2022 di beberapa kota atau kabupaten yang masuk dalam uji coba tahap 1.
Melalui cara ini diharapkan penyaluran BBM subsidi bisa tepat sasaran kepada yang berhak mendapatkannya mengacu pada Perpres No. 191 Tahun 2014 dan Surat Keputusan BPH Migas No. 04/P3JBT/BPH Migas/KOM/2020.
Persyaratan untuk melakukan pendaftaran BBM subsidi dapat dilihat pada sosial media MyPertamina.
Peluang Pendaftar Bbm Subsidi
Jumlah kendaraan berdasarkan data yang dihimpun dari Korlantas Polri, tercatat sebanyak 146.046.666 kendaraan yang beredar di seluruh wilayah Indonesia per Januari 2022.
Namun jika dirinci lebih detail, jumlah kendaraan paling banyak di Indonesia saat ini dikuasai oleh sepeda motor yang mencapai 117.679.559 unit. Sementara itu, jumlah mobil penumpang di seluruh Tanah Air totalnya mencapai 22.434.401 unit.
Baru setelah itu kendaraan paling banyak ketiga didominasi oleh mobil barang mencapai 5.737.594 unit. Sementara itu, jumlah bus sebanyak 211.675 unit, kemudian kendaraan khusus paling sedikit mencapai 82.181 unit.
Dengan demikian diperkirakan yang memiliki peluang untuk menggunakan dan mendaftar MyPertamina adalah untuk kendaraan mobil penumpang adalah sejumlah 22 juta lebih namun belum tahu berapa yang terkonfirmasi mendapatkan CR menggunakan BBM Subsidi akan tergantung kepada jenis kendaraan dan besarnya CC.
Sementara itu yang berpeluang untuk melakukan registrasi di MyPertamina lainnya adalah kendaraan jenis mobil barang yang berjumlah lebih 5,7 juta dan bus yang berjumlah lebih 211 ribu semuanya rata-rata pengguna BBM Subsidi untuk jenis Solar, sedangkan kendaraan jenis khusus yang berjumlah 82 ribu lebih juga berpeluang mendaftar di MyPertamina sebagai pengguna BBM Subsidi.
Peluang tersebut dikaitkan dengan integrasi yang menyangkut sistem pembayaran yaitu LinkAja, juga akan berpeluang untuk menghasilkan transaksi pembelian BBM Subsidi.
Dari pengakuan pengguna BBM Subsidi jenis Pertalite menyebutkan bahwa:
“Biar nanti bisa beli BBM Bersubsidi, tadi saya install ulang aplikasi layanan keuangan digital MyPertamina. Rupanya, aplikasi ini terintegrasi dengan aplikasi sejenis yaitu LinkAja. Jadi untuk transaksi beli BBM, pembeli harus punya dana di LinkAja. Karena penasaran, walaupun programnya baru dimulai 1 Juli 2022, saya coba isi/transfer dana ke aplikasi tersebut seadanya, namanya juga coba-coba penasaran. Dana masuk, lancar, tetapi saya melihat di situ tertera Biaya Admin Rp.1.000,- Sepertinya tidak berarti karena cuma seribu, tetapi saya lalu berpikir, berapa banyak Biaya Admin yang bakal masuk ke LinkAja ke depan dalam transaksi beli BBM Bersubsidi. Jutaan konsumen pasti akan mengisi (top up) dana ke LinkAja, bisa berapa hari sekali. Dengan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia seperti yang tersebut yaitu sekitar lebih dari 28,5 juta kendaraan mobil yang sementara ini sebagai berpeluang mengakses MyPertamina, maka berapa besar transaksi yang terjadi sekaligus berkait dengan berapa besar potongan dana LinkAja yang akan terkumpul”.
Anggap saja yang melakukan transaksi beli BBM Bersubsidi hanya lima puluh prosen berarti 14,5 juta kendaraan dengan asumsi semua terintegrasi dengan sistem pembayaran LinkAja, maka dana yang dapat dikumpul dari biaya administrasi sebanyak 14,5 juta x Rp 1.000 (Rp 14,5 milyar) setiap transaksi akan masuk ke LinkAja dengan santai. Jika dalam sebulan, katakanlah 14,5 juta pelanggan tersebut rata-rata 5 kali top up, maka terkumpul dana Rp 72,5 milyar melenggang masuk ke LinkAja. Itu asumsi hanya 50% pemilik kendaraan mobil melakukan pembelian BBM Bersubsidi. Luar biasa kan besarnya dan apakah ini merupakan suatu pemaksaan?
Oleh karena itu aplikasi yang dibuka MyPertamina untuk registrasi ini sesungguhnya untuk memetakan peluang transaksi sekaligus untuk memperoleh peluang menggunakan LinkAja dan jumlah rupiah yang terkumpul.
Menghapus Kebocoran?
Sebetulnya apa maksud sesungguhnya penggunaan MyPertamina bagi pengguna?
Berdasarkan Penjelasan Menteri BUMN Erick Thohir pada suatu acara di Gedung DPR Senayan beberapa hari yang lalu (04/7) beliau memberikan penjelasan soal penggunaan MyPertamina untuk membeli BBM Pertalite. Menurut Erick tujuan penerapan MyPertamina agar tidak ada kebocoran pada subsidi.
“MyPertamina kan dipergunakan Pertamina untuk penerapan sistem logistiknya, mengukur supaya tak ada kebocoran,” Ujar Erick.
Dia bilang penerapan MyPertamina pun dilakukan dalam rangka membentuk satu data bagi penerima BBM sibsidi di tengah masyarakat. Menurutnya bila penyaluran BBM dilakukan dengan basis satu data akan menjadi tepat sasaran.
“Jangan bereskan semua ini dengan tebak tebakan data. Kalau data jadi satu data akan lebih tepat sasaran,” Kata Erick.
Erick pun bilang Pertamina dengan Telkom sampai saat ini masih melakukan perbaikan dan pengembangan pada sistem aplikasi MyPertamina. Kalaupun masih ada masalah pada MyPertamina menurutnya wajar.
Yang jelas, Erick sudah meminta Telkom dan Pertamina duduk bersama LinkAja untuk pengembangan MyPertamina.
“Untuk coba perbaiki ekosistem ini. Siapa tahu MyPertamina bisa tekan kebocoran LPG, Pertalite, dan Solar. Ya semua butuh waktu, Pertamina dan Telkom sedang perbaiki sistemnya ini,” Jelas Erick.
Maka jelas bahwa tujuan registrasi melalui MyPertamina dapat digunakan untuk memperoleh data tentang peluang transaksi yang bisa menggunakan BBM Subsidi sekaligus data yang menjadi peluang menggunakan LinkAja. Pokoknya bisnis terus muaranya apapun alasan yang digunakan, namanya BUMN kan Badan Usaha itu didalamnya bisnis, cari untung, lalu apa lagi ya bisnis mencari keuntungan demikian seterusnya walaupun ini mengandung unsur kekayaan yang memiliki hajat hidup orang banyak kalau sudah Badan Usaha ya harus bisnis dan cari untung.
Banyak kalangan masyarakat bawah yang sangat mendambakan BBM Subsidi ini khawatir bahwa keharusan untuk mengakses aplikasi MyPertamina ini akan membatasi penggunaan BBM Subsidi dan kemudian menghapus subsidi dan menghilangkan jenis BBM Subsidi yang kemudian beralih kepada BBM non subaidi. Sebuah kekhawatiran yang beralasan ditengah sulitnya mencari kehidupan pada kondisi harga minyak goreng, cabe, bawang merah-putih yang tinggi dan akan ditambah lagi kenaikan listrik dan BBM, lengkaplah beban hidup yang cukup berat harus ditanggung masyarakat bawah.
Sekali lagi apakah tepat sasaran akan mengurangi kebocoran?
Kesimpulan
Dari uraian sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, maka pada akhir tulisan akan disampaikan beberapa catatan dan anggap sebagai kesimpulan adalah hal-hal sebagai berikut:
Pertama, pengguna BBM subsidi yaitu Pertalite dan Solar untuk mengakses MyPertamina masih banyak yang khawatir tujuannya untuk mengurangi dan akhirnya akan menghilangkan BBM Subsidi yang pada akhirnya harus beralih ke non subsidi. Oleh karenanya diperlukan sosialisasi dan penyebaran informasi yang effektif sehingga masyarakat betul-betul paham.
Kedua, sesuai dengan penjelasan dari Menteri BUMN bahwa MyPertamina merupakan sistem logistik, berarti harapannya akan diperoleh data yang lebih terjamin siapa saja yang berhak memperoleh pembelian BBM Subsidi dan berapa banyak yang tidak bisa memperoleh BBM Subsidi, sehingga dapat diketahui berapa kebutuhan BBM Subsidi yang sesungguhnya dan sistem rantai pasoknya.
Ketiga, kalau aplikasi ini terintegrasi dengan sistem transaksi pembayaran melalui LinkAja, sebaiknya masih ada opsi untuk menggunakan aplikasi yang lain dan tidak seolah-olah dimonopoli serta ada sistem bonus, disamping biaya administrasi perlu dipertimbangkan karena dengan menggunakan alat bayar itu berapa banyak dana yang terhimpun.
Keempat, hendaknya dengan aplikasi MyPertamina ini dapat menghilangkan stigma masyarakat bahwa BBM Subsidi akan dikurangi dan dihilangkan. Sesungguhnya BBM Subsidi masih diperlukan bagi masyarakat bawah diantaranya angkutan umum, petani, nelayan dan masyarakat bawah lainnya.
Kelima, dengan memetakan melalui aplikasi MyPertamina dapat diperoleh gambaran potensi pengguna sekaligus peluang bisnis ikutannya termasuk sistem transaksi pembayarannya, sehingga pelaksanaannya perlu diintensifkan agar diperoleh target yang diinginkan sekaligus mengeliminir tingkat kebocoran penggunaan BBM Subidi oleh yang tidak pantas menggunakannya. (@br02072022) [jbm]