Oleh: DR. Basuki Ranto
Dosen Pascasarjana Universitas Suropati
Indonesia sebagai tuan rumah dan selaku Presiden penyelenggaraan KTT G20 yang telah dilaksanakan sesuai dengan agenda acara yang telah disusun oleh Panitia KTT G20. Acara yang diselenggarakan di Bali tepatnya di Candi Ballroom The Apurva Kempinski, Bali selama dua hari yaitu tanggal 15-16 November 2022 ini dibuka oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dihadiri 19 Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dan 429 delegasi, belum termasuk peninjau, sehingga Bali menjadi ramai dan penuh dengan aktifitas.
KTT G20 yang oleh Presiden KTT Indonesia mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger”. Untuk selanjutnya tahun depan (2023) akan diselenggarakan di India sebagai tuan rumah.
KTT G-20 yang ditutup Presiden Jokowi berhasil mengesahkan deklarasi pemimpin atau Leaders’ Declaration dengan 52 point kesepakatan yang didalamnya beberapa kesepakatan dibidang ekonomi makro.
Tentu ada beberapa catatan mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai dengan penutupan dan rumusan kesepakatan yang dihasilkan dari KTT G20 di Bali tersebut yang sudah barang tentu ada yang memuji (konstruktif) dan ada pula yang mengkritik (destruktif) yang barang kali sudah merupakan hal yang biasa dalam setiap event apa lagi ini tingkat dunia.
Catatan kritis atas keberhasilan
Penyelenggaraan KTT G20 Bali banyak yang menilai berhasil dan sukses baik dari persiapan, penyelenggaraan maupun kesepakatan yang dihasilkan. KTT ini juga memberikan dampak terhadap perekonomian Regional khususnya di Bali sebagai tempat penyelenggaraan karena mampu menggerakkan semua sektor mulai dari perhubungan, pariwisata & ekonomi kreatif, kuliner, souvenir, UMKM, tenaga kerja yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional.
Bali menjadi hingar bingar aktifitasnya setelah lebih dua tahun terpuruk karena terdampak pandemi Covid 19 yang hampir melumpuhkan semua sendi kehidupan.
Dikutip dari antaranew.jabar bahwa Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menilai Indonesia sukses sebagai penyelenggara Konferensi Tingkat Tinggi G20.
“Indikasi penyelenggaraan KTT G20 berjalan sukses terlihat dari hampir semua kepala negara dan pemerintahan (anggota G20) serta pimpinan organisasi internasional hadir,” kata Hikmahanto dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (18/11).
Selain itu, selama penyelenggaraan KTT G20 keamanan terkendali, ditambah lagi berbagai program dari tiga fokus tema yang diusung oleh Indonesia selama 1 tahun berhasil diimplementasikan dan disepakati.
“Presiden Jokowi mendapat apresiasi dari dunia terkait dengan penyelesaian perang di Ukraina meski masih berlangsung,” kata Hikmahanto.
Indikator lainnya, lanjut Hikmahanto, banyaknya pertemuan bilateral di sela-sela KTT G20, termasuk pertemuan bilateral antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping yang berkomitmen untuk bersaing tanpa melibatkan penggunaan senjata dan kekerasan.
Dilansir dari Antaranew menyebutkan, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menyebut Bali Leaders’ Declaration menjadi bukti keberhasilan Presidensi G20 Indonesia dalam melaksanakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Bali.
Lebih lanjut disampaikan banyak catatan kemarin, bagaimana dinamika sangat tinggi sampai dengan hasil akhir. Tidak ada yang menyangka bahwa kita keluar dengan satu hasil deklarasi.
Menurutnya, deklarasi tersebut juga menjadi keberhasilan dari kepemimpinan Indonesia yang netral sehingga menjadi modal bagi pemimpin negara-negara lain di G20 yang menerimanya.
Dari Warta Ekonomi menyebutkan bahwa Perhelatan G20 mendapat kesan positif, kata Rektor Universitas Paramadina Didik J. Rachbini. Pertemuan puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT G20) sangat meriah terutama pentas seni dari satu acara ke acara lainnya.
Pertemuan KTT G20, sangat meriah seperti acara puncak penyerahan piala Oscar dengan tokoh-tokoh dan bintang-bintang idola yang terkenal. Bahkan, pertemuan ini lebih dari pesta para bintang film tersebut. Ini catatan kritis Sang Rektor.
Sementara dari laman Menko PMK, Staf Ahli Bidang Pemanfaatan Sumber Daya Kemaritiman Kemenko PMK Nyoman Shuida menjelaskan, penyelenggaraan rangkaian kegiatan KTT G20 telah membawa dampak langsung sekaligus membawa sebuah peluang besar bagi Indonesia.
KTT G20 telah menghidupkan sektor hospitality di Bali yang sebelumnya berhenti selama pandemi Covid-19. Dari sektor hospitality business, dibutuhkan banyak tenaga kerja dalam penyelenggaraan pertemuan puncak KTT G20 di Bali .
Tingkat keterisian kamar hotel khususnya di Bali sudah melonjak tinggi dibandingkan dengan saat masa pandemi 2021 lalu. Serapan tenaga kerja di sektor pariwisata, khususnya hotel, sudah mencapai sekitar 80 persen terhadap para pekerja yang saat masa pandemi dirumahkan.
KTT G20 akan membawa keuntungan ekonomi secara langsung kepada Indonesia. Tak hanya dirasakan oleh lembaga-lembaga dan perusahaan besar, namun oleh masyarakat secara langsung.
Catatan kritis penyelenggaraan yang kurang maksimal
Didik J. Rachbini, politikus Partai Amanat Nasional (PAN) melihat sisi yang lebih bersifat kritis apakah pertemuan para tokoh dan bintang tersebut bermanfaat untuk bangsa-bangsa dan dapat memecahkan masalah global yang paling berat.
Masalah paling utama di kancah global ini tidak terpecahkan dalam KTT tersebut. Bahkan usaha untuk menyelesaikan masalah tersebut bisa dikatakan absen.
KTT ini bisa dikatakan tidak bermakna sebagai solusi konflik Rusia-Ukraina, yang dampaknya sangat luas dan bersifat semesta global.
Dari Majalah Tempo menyebutkan penyelenggaraan KTT G20 di Bali terkesan berlebihan dan gengsi yang tinggi Pemerintah di KTT G20. Pelaksanaannya dianggap sukses dan wah, baik tempatnya, perlengkapannya maupun rangkaian acara sejak kedatangan sampai kepulangan.
Dilansir dari Opini Tempo 13-11-2022, menyebutkan bahwa untuk urusan menjaga citra dan “nama baik bangsa” di depan negara lain, Presiden Joko Widodo adalah juaranya. Meski diketahui tidak akan menghasilkan keputusan mahapenting yang mampu mengubah dunia—termasuk mengakhiri perang Rusia dan Ukraina—di Konferensi Tingkat Tinggi G20 ini.
KTT G20 menghasilkan beberapa kesepakatan yang disebut dengan ‘deklarasi pemimpin’ (Leaders Declaration) yang dituangkan dalam dokumen ada 52 poin yang disepakati para pemimpin negara G20, salah satunya terkait kebijakan makro ekonomi dalam menghadapi situasi krisis dunia.
Dibalik penyelenggaraan yang sukses dan mewah tersebut, ada sementara yang beranggapan bahwa penyelenggaraannya terlalu berlebihan dan bahkan ada yang menyebut gengsi tinggi pemerintah di KTT G20.
Untuk penyelenggaraan KTT G20 setidaknya dibutuhkan anggaran Rp. 675 miliar adalah jumlah yang tidak kecil apalagi ditengah krisis ekonomi, namun tidak menyentuh tentang pengakhiran perang Rusia-Ukraina.
Di tingkat mikro, penyelenggaraan KTT G20 memang ikut menggerakkan perekonomian di Bali yang terpuruk akibat pandemi Covid 19. Namun klaim bahwa acara itu mampu menambah produk domestik bruto hingga Rp 7,4 triliun dan bisa mendatangkan investasi masih harus diuji.
Pemerintah juga menyiapkan 1.442 kendaraan listrik, 962 di antaranya mobil elektrik, untuk sarana operasional KTT G20. Menjadi negara dengan kualitas udara terburuk di Asia Tenggara, kampanye penggunaan energi baru dan terbarukan lebih terasa sebagai program basa-basi.
KTT G20 sama sekali tidak menjadi pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modalnya di negeri ini. Hal tersebut ditunjukkan dengan justru terdapat nilai investasi yang hengkang dari obligasi pemerintah mencapai Rp 178 triliun. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat investasi yang masuk lewat saham sebesar Rp 80,23 triliun.
Sikap berlebihan itu juga terlihat ketika Jokowi mengklaim akan menjadikan KTT G20 sebagai ajang mendamaikan Rusia dan Ukraina. Dalam sejarahnya, G20 tak pernah menetaskan keputusan luar biasa kecuali kesepakatan bersama yang tak mengikat para anggota.
Berbagai sikap jorjoran dan klaim berlebihan merupakan hasil penilaian yang terlalu tinggi dari pemerintah serta pendukungnya soal posisi Indonesia di G20. Presidensi—istilah hiperbolis untuk “panitia penyelenggara”—G20 di salahartikan secara sempit sebagai kebanggaan atau prestasi.
Padahal posisi itu dipegang bergantian berdasarkan abjad negara anggota. Indonesia juga bertukar tempat dengan India untuk menggantikan Italia.
Itulah beberapa Catatan kritis terkait dengan Penyelenggaraan KTT G20 di Bali baik yang bernada keberhasilan maupun yang menilai bahwa KTT G20 ini penyelenggaraannya berlebihan, yang disisir dari berbagai sumber.
Namun demikian terlepas dari kelebihan dan kekurangan, bahwa KTT G20 bisa ditunjukkan kepada dunia khususnya negara-negara peserta bahwa Indonesia mampu menyelenggarakan event internasional ini dengan sukses mulai persiapan, pelaksanaan dan hasilnya serta kesan baik dari para peserta.(19112022@bas) [jbm]
Sumber :
https://majalah.tempo.co/read/opini/167394/gengsi-tinggi-pemerintah-di-ktt-g20
https//wartaekemenkopmkco.id
https//www.menkopmk co.id
https//megapolitanantaranews.co.id