Bertakwa dengan Corona

Foto Ilustrasi

Oleh: Mahfud Hidayat, S.S.I, M.E.

Sampai saat ini, virus Corona masih menggejala. Tidak hanya di Indonesia, namun sampai mancanegara. Semua tidak ada yang berharap kondisi ini terus berlanjut sepanjang masa. Karenanya ikhtiar pun dilakukan.  Sesuai protokol kesehatan kita harus membiasakan empat hal untuk mencegah penyebarannya. Mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan memilih tinggal di rumah. Mudah-mudahan virus ini segera beranjak dan mati ditelan masa.

Bacaan Lainnya

Pada waktunya ketika kita sudah terbebas dari Corona, namun empat hal tadi harus tetap kita jaga dengan makna yang berbeda.

Pertama, mengenakan masker. Hal ini dapat pula diartikan dengan menjaga mulut (perkataan). Lebih baik diam jika tidak dapat bertutur kata yang membuahkan pahala. Pepatah mengatakan, “Selamatnya manusia terletak pada bagaimana ia menjaga lisannya.” Dalam sebuah Hadis shahih, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka  berkatalah yang baik atau diam.”

Kedua, mencuci tangan. Hal ini dapat dimaknai dengan membersihkan tangan (perbuatan). Bukankah selama ini kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia?

Dalam Surat Ar Rum ayat 41, Allah mengingatkan kita, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Karenanya jika kita tidak dapat melakukan perbaikan, minimal kita tidak melakukan perusakan.

Ketiga, menjaga jarak atau social distancing. Hal ini juga dapat diterjemahkan dengan menjaga pergaulan. Banyak orang yang terjerumus pada kubangan dosa karena berkumpul dengan orang-orang berdosa. Kita boleh berteman dengan siapa saja, namun kita harus memilih dengan siapa kita harus akrab dengannya. Karena nanti kita akan dikumpulkan bersama orang yang kita akrabi di dunia. Rasulullah SAW telah memberi perumpamaan teman duduk yang buruk dengan pandai besi. Seseorang yang dekat dengan pandai besi, bisa jadi (ia terkena percikan api sehingga) pakaiannya terbakar. Bisa jadi, seseorang akan mendapatkan aroma yang tak sedap. (HR. Al-Bukhari dari Abu Musa Al-Asy’ari RA). Dalam hadis lainnya, beliau bersabda: “Seseorang itu menetapi agama (perilaku) teman dekatnya. Maka, perhatikan olehmu siapa yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Ahmad)

Keempat, berdiam di rumah dapat dipraktikkan dengan melakukan pengawasan secara penuh untuk urusan rumah tangga dan keluarga. Jangan sampai kita terlena di luar, sementara keluarga ditelantarkan. Allah SWT mengingatkan, “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.” (QS. At Tahrim: 6).

Masing-masing adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Suami pemimpin bagi istri dan anak-anaknya. Mari sama-sama kita jaga suami, istri dan anak-anak kita. Jangan sampai kita bersama hanya di dunia. Semoga kita, keluarga, orangtua, guru, dan teman-teman karib kita menjadi saksi yang saling menguatkan untuk mendapatkan syafaat di hadapan Allah SWT.

Dengan mengamalkan ‘kebiasaan’ Corona di atas, insya Allah kita termasuk orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Wallahu a’lam. []

Pos terkait