Oleh: Rozi Ahmadi
Bingung sepertinya adalah kata yang tepat untuk mewakili fikiran beberapa komunitas masyarakat yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bingung dalam konteks ini dapat berarti bingung dalam menyikapi pandemi COVID-19 yang sedang terjadi saat ini.
Secara umum kebingungan ini dimulai dari gaibnya masker, tiba-tiba masker langka dan jika ada, harganya sangat mahal sementara razia masker terus dilaksanakan.
(Lihat, berita di Liputan 6.com dengan judul Mengapa Lonjakan Harga Masker Sulit ditahan ?) LINE TODAY.
[Pemberitahuan di sebuah apotek yang tidak lagi menjual masker sejak pandemi virus corona. “Liputan6.com/M Syukur”, Pandemi virus corona Covid-19 dimanfaatkan bagi segelintir orang mengambil keuntungan lebih. Salah satunya masker yang sulit ditemukan sejak virus ini terjadi di China.]
Kemudian dilanjutkan dengan ganasnya pemerintah dalam penerapan PSBB, sementara tidak ada pembagian kue yang cukup untuk hanya sekedar penunda lapar.
Lihat pula berita di padek.jawapos. com/ sumbar, dengan judul pemerintah-dinilai-abai-penyaluran-blt-di-kantor-pos-langgar-psbb/.
Setelah PSBB I, II, dan III selesai maka masuklah selanjutnya pada situasi new normal.
Katanya, kita harus beradaptasi dengan keadaan. Caranya, dalam beraktivitas wajib pakai masker, jaga jarak, cuci tangan pakai sabun, tidak dibenarkan untuk berkumpul dalam jumlah besar dan lain sebagainya dan seterusnya, sementara pemerintah mengadakan sebuah perkumpulan besar yang legal yang kemudian disebut pemilihan umum (Pilkada) dan hal lain yang dapat kita saksikan sendri.
(Opini): Pilkada Serentak di Era New Normal dan lihat juga berita di www. inilahmedan.com dengan judul opini Pilkada Serentak di Era New Normal.
Namun jika dicoba meninjau lebih dalam secara khusus kebingungan ini dimulai dari munculnya istilah-istilah aneh seperti, physical distancing, handsanitizer, PSBB, OTG, APD dan lain- lain.
Bingungnya, karena tidak mengerti dengan istilah ini.
lihat pula tirto.id/eJkutm _source=Whatsapp&utm_medium=Share.
Atas ketidak mengertian itu jadi Bingung dengan istilah-istilah dan ini menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat, seperti hantu yang mempunyai nama kuntilanak, tuyul, sundel bolong, gondoruwo dan lain- lain.
Kenapa demikian karena jika mendengar dan membaca kata-kata itu masyarakat menjadi ketakutan, stres dan saling curiga-mencurigai. Kenapa menakutkan karena dampak dari kemunculan istilah- istilah itu dapat menimbulkan konflik, dan sudah terjadi.
Lebih mendalam lagi, kemudian kebingungan ini bermula dari ketidak sepahaman terkait keberadaan dan kedudukan pandemi itu sendiri, baik skala Nasional maupun skala Lokal.
Analisisnya, pemerintah pusat mengatakan pandemi itu berbahaya tapi nyatanya ada yang mengatakan dari sebuah hasil penelitian pandemi bukan alasan utama penyebab kematian.
Untuk ini bisa dilihat pada sosok. grid.id/read/412192804/
Dengan judul konspirasi- atau-tragedi-virus-corona-tidak-berbahaya-cuma-ada-4-faktor-penyebab-kematian-pdp-covid-19.
Nah kalaulah itu benar kenapa lebih dari separo anggaran negara direalisasikan untuk pencegahan pandemi? dan jika yang katanya itu salah kenapa anggaran yang kemudian direalisasikan malah menjadi alasan pandemi semakin mengancam ?
Masih soal jika katanya tadi salah dan ternyata pandemi ini berbahaya, nyatanya pula anggaran negara ini sudah terkuras karenanya dan untuk memberikan bantuan juga sudah tidak mampu, tapi kenapa untuk pemilu anggarannya menjadi ada ? atau pemilu tidak terdampak pandemi..?
Bingung, sementara terkait soal data orang perhari yang meninggal karena pandemi, pemerintah pusat mengatakan bahwa pandemi ini sudah merenggut korban sampai ribuan orang bahkan puluhan ribu.
Namun, jika dibanding kan dengan angka kematian orang / hari tanpa pandemi mungkin rata-rata hasilnya sama.
Bukan tidak percaya dengan data itu, tapi angka kematian orang perhari tanpa tertera pandemi tidak pernah dipublikasikan, sehingga menimbulkan kecurigaan yang berakibat pada kebingungan itu sendiri.
Berbicara pula soal vaksin, ketika pandemi menasional negara mulai pula kembali melakukan penelitian tentang vaksin yang juga memakan anggaran sangat besar sementara pandemi bukan lagi isu baru, pandemi adalah isu lama yang disetiap kehadirannya, negara selalu melakukan penelitian tentang vaksin yang sampai sekarang juga tidak ditemukan vaksinnya.
Beberapa tahun yang lalu saja contohnya, ketika pandemi muncul dan vaksin tidak ditemukan kemudian pandeminya tiba-tiba tidak menasional lagi isunya.
Dan sekarang juga begitu. lalu negara kita akhirnya menjadi objek baru para corporate internasional untuk menjual barang-barang yang harganya sangat mahal yang disebut APD.
Naasnya kekacauan ini bertambah-tambah dengan bermunculannya regulasi-regulasi yang membuat masyarakat tidak mau peduli lagi dengan pandemi, di saat masyarakat mulai mampu hidup berdampingan bersama pandemi dengan kebiasaan baru yang dianjurkan pemerintah.
Untuk ini, Lihat juga berita di fixjambi. pikiran- rakyat.com/jambi dengan judul ribuan- mahasiswa Jambi demo- tolak-omnibus-law-di tengah pandemi covid-19 dan Ancaman Klaster Corona kini ditenggarai lagi dengan maraknya aksi saat ini.
Seperti yang ditulus pada Bisnis.com – https://kabar24.bisnis.com/read. dengan judul, ancaman-klaster-corona-dari-unjuk-rasa-uu-cipta-kerja-siapa-salah, ada apa ini..?
Nah kemudian ini yang memunculkan pertanyaan, dan ini hanya dapat dijawab oleh pemerintah, tapi tidak memberitahukan kepada masyarakat, sehingga munculah kata BINGUNG.
Bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi…? atau yang sebenarnya terjadi adalah kejadian yang dijadikan terjadi…? Allahualam bissawab.
Namun, apapun itu sangat diharapkan bahwa kejadian ini dapat membuka mata kita secara lahir dan batin terhadap kondisi negara dan pemerintahan bangsa Indonesia, bahwa bumi Pertiwi sedang tidak baik-baik saja, atau sedang berduka.
MAKA BERSIAPLAH…!
Pasbar, Oktober 2020