Barometernews.id | Banda Aceh, – Forum Pengurangan Risiko Bencana (F-PRB) Aceh yang merupakan mitra Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menggelar diskusi dan konferensi pers, Catatan Akhir Tahun Pengurangan Risiko Bencana di Aceh, sambil ngopi bareng dan makan siang bersama. Rabu, 18 Desember 2019 di Aula PWI Aceh, Simpang Lima, Banda Aceh.
H-7 jelang peringatan 15 tahun Tsunami Aceh. Lokasi peringatan akan dilangsungkan di Pidie Convention Center (PCC), Sigli. Panitia sudah melakukan persiapan 85%. Selebihnya persiapan pikiran positif kita untuk masa depan yang lebih baik. Kita akan selalu bangkit untuk menjadi manusia yang tangguh dalam menghadapi bencana.
Filosofi Tsunami 26 Desember adalah refleksi, apresiasi, mitigasi, dan promosi. Refleksi adalah kita selalu mengenang kejadian masa lalu untuk menjadi lebih tangguh di masa depan.Apresiasi artinya bagaimana kita bisa menjadikan wisata tsunami itu sebagai media kita untuk berterima kasih kepada dunia.
Kita bersyukur, dengan kehadiran mereka sampai saat ini, kita bisa menjadi lebih resilient, lebih kuat. Dan hingga saat saat ini mereka bisa melihat dan memberi semangat kepada kita berasma masyarakat Aceh.
Dengan peringatan tsunami ini juga ingin berbagi pengalaman kebencanaan kepada generasi masa mendatang. Di samping itu, dengan wisata tsunami ini kita ingin membantu Aceh dari sektor ekonominya.
“Insyaallah, acara kita dimulai pukul 07.30 WIB dengan dzikir, lalu sambutan Bapak (Plt) Gubernur Aceh, santunan untuk anak yatim, bedah buku, tausiyah, dan kenduri bersama,” sebut Ramadhani Sulaiman, Kabid Pemasaran Disbudpar Aceh
Menjelang siang dan sore hari adakan hiburan. Namun, kami tidak menyebutnya hiburan melainkan lebih kepada renungan religi, di sini aka nada teatrikal anak-anak untuk menyampaikan simulasi kebencanaan, penampilan religi dari Opick, dll.
“Diperkirakan Ustad Abdul Somad akan hadir, kami akan berusaha untuk mewujudkannya. Hampir 12 tahun saya menjadi ketua panitia, semua terlaksana dengan baik,” pungkasnya.
Forum Pengurangan Risiko Bencana (Forum PRB) Aceh terbentuk sejak 2011. Kepengurusan saat ini merupakan periode kedua, 2017-2022, mengusung semangat untuk menjadi bagian perubahan paradigma penanggulangan bencana, dari responsive ke preventif.
Dalam melakukan kerja terkait pengurangan risiko bencana, Forum PRB Aceh juga mengacu pada Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030, yang di dalamnya ada empat tindakan prioritas, yaitu:
- Memahami risiko bencana.
(Kebijakan dan praktek harus didasarkan pada pemahaman kerentanan, kapasitas, paparan, karakteristik bahaya dan lingkungan)
- Penguatan tata kelola risiko bencana.
(Tata kelola yang diperlukan untuk mendorong kerja sama, kemitraaan, mekanisme, dan lembaga untuk pelaksanaan PRB).
- Investasi PRB untuk resiliensi.
(Investasi publik dan swasta dalam tindakan struktural dan non-struktural untukmeningkatkan ketahanan sebagai pendorong inovasi, pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja)
- Meningkatkan manajemen risiko bencana untuk memperkuat kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan dengan strategi “Build Back Better”
“Alhamdulillah draft final Ranpergub Forum PRB Aceh sudah diserahkan kepada Mendagri untuk difasilitasi,’ kata asir Nurdin, ketua F-PRB Aceh.
Aceh menyumbang lebih dari 20% bencana nasional dalam tahun ini. Menariknya, walaupun kejadiannya bertambah, kerugiannya bisa diminimalisir.
Mengapa bencana bertambah? Ini tidak terlapas dari proyek pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Di dalam RPJM 2017-2018 : Aceh akan melakukan pembangunan yang sustainable development. Jadi, kita harus memastikan bagaimana pemerintah konsisten menjalankan pembangunan.
“Mudah-mudahan semangat PRB ini menjadi semangat yang bisa kita lakukan bersama,” tutup TM Zulfikar, Wakil Ketua Forum PRB Aceh. (Red/TZM)