Barometernews.id | Banda Aceh, – Formatur/Ketua Umun Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah, Naufal Siregar mengapresiasi Pemerintah Aceh yang terus berbagai upaya untuk pencegahan dan Penanganan Virus Corona di Aceh. Rabu, 1/04.
“Kita Ketahui Bersama Merebaknya virus corona di Aceh menyebabkan berbagai sektor terganggu, tak terkecuali rutinitas ibadah,” Kata Naufal.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat memang sudah mengeluarkan surat fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020. Di dalamnya ada 9 poin utama, yang menjelaskan umat yang wajib dan tidak wajib menyelenggarakan ibadah sesuai dengan zona wilayah yang berkaitan dengan sebaran COVID-19.
Salah satu poin Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yakni, “Dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularannya rendah berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia tetap wajib menjalankan kewajiban ibadah sebagaimana biasa dan wajib menjaga diri agar tidak terpapar virus Corona, seperti tidak kontak fisik langsung (bersalaman, berpelukan, cium tangan), membawa sajadah sendiri, dan sering membasuh tangan dengan sabun.”
“Faisal Ali menegaskan, bagi daerah yang masyarakatnya belum ada satupun terjangkit atau positif corona, maka tetap dibolehkan melaksanakan shalat Jumat dan shalat berjamaah di masjid-masjid atau mushalla. Namun, dengan memperhatikan ketentuan sesuai protokol kesehatan,” DIkutip dari sumber berita beredar.
Sementara itu Formatur/Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam(HMI) Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah dan juga sebagai Pengurus Remaja Masjid, Naufal Siregar menilai sangat disayangkan pihak-pihak berwenang di kampung-kampung yang mengambil keputusan dengan tergesa-gesa tanpa mengkajinya lebih dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Tausiyah Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh (MPU). Salah satu nya yakni mengambil keputusan untuk menutup masjid dan menghimbau untuk tidak melakukan shalat berjamaah di masjid sementara waktu.
“Saya sangat menyayangkan pihak berwenang setempat ataupun di kampung-kampung untuk mengambil keputusan Penutupan Masjid. Yang memang dalam hal ini bukan termasuk sebagai daerah atau kampung yang rawan dan rentan akan Penularan pandemic virus corona ini,” sebutnya.
“Kecuali daerah itu memang sudah ada kasus terjangkit,PDP ataupun pasien positif corona maka di segerakan untuk melakukan isolasi terbatas (Belajar, Bekerja, Beribadah dilakukan di rumah saja),” imbuhnya.
Naufal juga memberikan saran, jikalau kampung itu bukan termasuk sebagai daerah yang rawan dan rentan akan Penularan pandemik virus corona lebih baik tidak melakukan penutupan masjid dan tetap melaksanakan kegiatan ibadah seperti biasanya dengan memperhatikan protokol kesehatan. Menurutnya masyarakat kampung lebih baik bergotong-royong membersihkan masjid serta meningkatkan kembali Kewaspadaan.
“Dengan meningkatkan kewaspadaan yang tinggi seperti gotong royong oleh masyarakat untuk melakukan penyemprotan/desinfektan, menghindari kontak sementara (bersalaman, berpelukan, cium tangan), membawa sajadah sendiri, dan melakukan penghimbauan kepada jamaah jikalau dalam kondisi sakit lebih baik shalat dirumah saja. Tentunya dengan kewaspadaan tinggi tersebut kita rasa tidak perlu untuk menutup Masjid,” tambah Naufal
“Dan saya mengapresiasi serta mengucapkan terima kasih kepada Tim medis serta relawan Covid-19 yang berjuang di garda terdepan dalam menangani wabah ini dengan ikhlas dan sepenuh hati maka dari itu mari kita bantu Petugas medis dengan Dirumah Saja sekaligus berdonasi/bersedekah untuk pemenuhan Alat Perlindungan Diri (APD), Suplemen Vitamin, Makanan Sehat dan lain sebagainya yang dibutuhkan Tim Medis,” tutup Naufal. (Red/ NL)