Barometernews.id | Singapura, – Larangan di luar rumah telah berhasil menghentikan penyebaran COVID-19, tetapi beberapa daerah di Asia Tenggara sekarang di bawah ancaman peningkatan yang signifikan dalam kasus demam berdarah.
Demam akibat penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini meningkat di daerah beriklim tropis, seperti yang biasanya terjadi setiap tahun.
Singapura telah melaporkan rata-rata 165 kasus sehari selama sepekan sejak 13 Juni, sebuah rekor yang menurut pemerintah berpotensi menyebabkan wabah demam berdarah terbesar dalam sejarah negara itu.
Menurut data Badan Lingkungan Nasional, Singapura mencatat 211 kasus demam berdarah pada 15 Juni dan setidaknya 11.166 orang diketahui terinfeksi virus Covid-19 antara 1 Januari dan 15 Juni.
Ooi Eng Eong, wakil direktur Program Penyakit Influenza Singapura, mengatakan prevalensi demam berdarah adalah antara Juni dan Oktober.
“Oleh karena itu, tindakan segera harus diambil untuk mengekang penyebaran epidemi demam berdarah saat kami berupaya memerangi COVID-19,” Ujarnya.
“Tantangannya sekarang adalah mengoordinasikan kerja sama penduduk desa untuk memerangi wabah dengan meningkatkan pemantauan untuk mencegah penyebaran penyakit.
“Setiap wabah demam berdarah di wilayah itu harus dilihat sebagai masalah kesehatan utama karena COVID-19 telah mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada batas untuk serangan virus,” Katanya.
Nyamuk Aedes Aegypti adalah spesies yang banyak di wilayah ini dan dapat berkembang biak dengan mudah jika ada genangan air di sekitar rumah atau tempat apa pun.
Seorang juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan orang sekarang menghabiskan banyak waktu dikurung di rumah sejak pandemi COVID-19 karena pembatasan sosial, sehingga tidak mungkin untuk membersihkan rumah.
Direktur lembaga pengendalian nyamuk di Monash University di Melbourne, Cameron Simmons, mengatakan jam malam menyebabkan orang tinggal di rumah lebih lama dari biasanya dan tidak menjaga kebersihan lingkungan luar.
“Meskipun tidak ada bukti yang menunjukkan adanya kaitan dengan masalah ini, jam malam memiliki potensi untuk menciptakan lingkungan yang akan memungkinkan nyamuk untuk menyerang manusia lebih mudah,” Katanya dalam sebuah studi tentang demam berdarah di Vietnam.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan Indonesia, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan sosial distancing dapat memperburuk penularan demam berdarah dikarenakan kegiatan jumantik atau pemantau jentik menjadi tidak optimal.
“Tahun ini, pada hari Rabu, Indonesia mencatat 64.251 kasus demam berdarah yang hampir 60 persen lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu, dengan Bali saja mencatat hampir 9.000 infeksi,” Katanya.
Di Malaysia, Kementerian Kesehatan mengatakan rata-rata setiap jiminggu kasus demam berdarah meningkat menjadi 1.927 dan tren ini diperkirakan akan berlanjut hingga September.
Curah hujan musiman yang lebih lama di kawasan ini mungkin menjadi penyebab utama kasus demam berdarah secara signifikan. [AFP]