Dunia Kenangan (Renungan Awal Tahun)

Foto : Azwir Nazar

Oleh Azwir Nazar
Pegiat Sosial dan Tokoh Muda Aceh

Dunia ini akan jadi kenangan. Ayunan tempat kita lahir dan tumbuh. Pisang yang kita mulai makan selepas asi ibu. Sekolah beserta guru yang mendidik. Tapak jejak yang kita kunjungi. Tepian gunung yang indah. Laut biru beserta terumbu karang bersama ikan ikan. Awan yang bershaf shaf di jendela pesawat. Hutan yang sepi bersama penghuninya. Maupun manusia dan ruang waktu. Semuanya akan berakhir, berlalu, terhenti dan habis.

Bacaan Lainnya

Begitupun manusia. Seseorang yang datang, bertemu, sekedar menghampiri, tersenyum, tertawa, marah, benci, dendam, menyakiti, memberi bunga, atau memendam rasanya di hati.

Pada masanya kita akan kembali sendiri. Tanpa istri, suami, anak atau orang tua yang lebih dulu menyelesaikan misinya di dunia fana.

Kenangan demi kenangan akan memberi makna. Bekas sujud, sikap buruk, kedurhakaan, atau air mata, darah yang tumpah di medan juang akan menjadi saksi. Kemana kita menuju?

Begitupun rasa benci, dendam, pengkhianatan, atau bahkan cinta dan kasih sayang sekalipun akan menemukan ujungnya. Orang yang Kita sayang, akan pergi. Cinta yang kita bangun akan berakhir. Kebahagian di dunia akan padam. Semuanya bertepi, akan mencapai muaranya. Kebencian, iri hati, dengki, kesembongan tak akan abadi.

Kita dituntut untuk menjadi baik semuanya untuk diri sendiri. Demi kesalamatan, untuk penghambaan terbaik memilih hidup di dunia. Bila gagal, hidup kita akan terhempas. Terseret gelombang kehinaan.

Bila Kita meyakini bahwa Kita penduduk syurga, maka usaha terbaik adalah menuju kesana. Langkah kaki, prilaku diri, bahkan mimpi harus bersandar disana. Karena itu ilmu penting. Iman tak boleh ditawar. Sebab ini soal masa depan. Soal nilai dan keabadian. Cuplikan kehidupan dunia kita merefleksikan masa depan akhirat.

Kata orang tua zaman dulu, jangan berhabis habis sekali pada dunia. Umurmu, rizkimu dan jodohmu sudah tertakar. Tak perlu sedih. Jangan berkecil hati. Semua kehidupan ada skenarionya. Kita didesain oleh Tuhan yang Maha Rahman. Muara cinta dan harapan. Tiap Kita memiliki cetak hidup yang beda.

Orang kaya diberi kemurahan hati, maka dia menjadi dermawan. Disanalah pintu syurganya. Yang miskin sering dilanda masalah, dia berdoa, menangis, lalu hatinya lembut. Maka terbukalah pintu hijab dan doa nya menjadi makbul.

Wanita, lelaki pun demikian. Masing masing sudah ada porsinya. Kita tak bisa pesan mau jadi suku atau bangsa tertentu. Darisanalah Kita diperintah saling kenal, bersaudara, mencintai, mendoakan dan mengusahakan jadi penghuni syurga kembali.

Dari hati Kita yang kaya, akan terilhami hal hal baik. Jiwa pemaaf, murah senyum dan menyebar kebaikan kebaikan yang banyak. Muncullah rasa puas karena suka membantu. Rasa haru karena begitu besar karuniaNya disisi kita. Di tiap tetesan air yang jatuh, daun yang gugur, kristal salju yang membatu, bunga yang mekar, dan seluruh isi alam terdapat hikmah dan pelajaran.

Pada akhirnya, dunia yang akan fana ini akan menjadi ladang amal. Arena berlomba menjadi baik, memperbaiki diri, menjadi manfaat. Karena cita cita Kita harus jauh lebih bermakna, lebih mahal bahkan dari isi dunia.

Kita sedang menuju Zat yang Maha Rahman dan Rahim, yang menguasai hingga ubun ubun dan nadi Kita. Dialah yang mencintai Kita lebih dari Kita sendiri. Semakin banyak Kita merenung, menghisap diri, maka akan lebih paham Kita tentang hidup ini.

Oleh karena itu, jangan kalah dengan dunia. Jadilah pemenang di tiap lintasannya. Mohon petunjuk dan bimbingan selalu dari Nya. Dan semoga Allah senantiasa terus mencucurkan rahmat dan kasih sayang bagi Kita umat Muhammad, hingga nanti akan bertemu di telaga Kautsar bersama sang Nabi Cinta. Amin. (**)

6 Januari 2020

Pos terkait