Fanatisme Bola Berujung Sebuah Tragedi

Foto Dokumentasi

Oleh:  Basuki Ranto

Pengertian Fanatisme adalah sebuah faham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan. Winston Churchill menyatakan bahwa seseorang yang fanatis tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya.

Bacaan Lainnya

Wikipedia menyebutkan, Fanatisme merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin fanaticus, yang memiliki arti amarah atau gangguan Jiwa. Hal tersebut merupakan gambaran bahwa amarah yang terdapat dari seseorang yang fanatisme merupakan luapan karena tidak memiliki faham yang sama dengan orang orang lain.

Fanatisme adalah paham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan. Filsuf George Santayana mendefinisikan fanatisme sebagai, “Melipatgandakan usaha Anda ketika Anda lupa tujuan Anda”, dan menurut Winston Churchill, “Seseorang fanatisme tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya”. Bisa dikatakan seseorang yang fanatik memiliki standar yang ketat dalam pola pikirnya dan cenderung tidak mau mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan.

Ada beberapa jenis fanatisme satu diantaranya adalah fanatisme Olah Raga. Fanatisme olahraga merupakan bentuk kecintaan kepada tim olahraga, salah satu contohnya suporter sepak bola yang menunjukkan rasa cintanya terhadap tim dengan cara menyaksikan pertandingan secara langsung di stadion maupun di luar stadion untuk mendukung tim tersebut.

Sikap fanatisme mengakibatkan perilaku yang agresif. Fanatisme membuat seseorang tidak bisa mengontrol diri atas sikapnya terhadap orang lain. Mereka tidak sadar apa yang mereka katakan dan lakukan bisa menyakiti dan merugikan orang lain.

Fanatisme juga akan mengganggu psikologis individu dan kelompok. Apabila seseorang yang fanatik terhadap suatu hal mulai mengganggu kepada orang lain hal tersebut bisa termasuk fanatisme menuju gangguan psikologis. Seseorang yang fanatisme menganggap diri mereka benar dan berdampak merugikan terhadap orang lain, misalnya membuat orang lain merasa terluka, baik fisik dan mental.

Kemarahan memberikan dampak secara psikologis dan memunculkan tindakan agresif yang tidak terkendali sehingga tanpa disadari apa yang dilakukan berakibat terhadap kerusakan dan membahayakan bagi dirinya dan orang lain, apa lagi dilakukan secara massa sehingga situasi itu didorong dari rasa fanatisme terhadap idolanya.

Psikiater, Kepala Instalasi Rehabilitasi apa kaitannya? Ada keterkaitan yang bermakna antara seorang fans dengan klub kesayangannya dan ketika kalah terdapat prinsip harga diri yang dipertahankan. Sehingga terjadi kemarahan yang tak terkontrol secara kolektif oleh fanatisme tersebut.

Tragedi yang terjadi di stadion Kanjuruhan Malang kiranya merupakan akibat sebuah fanatisme olahraga yang berdampak pada perilaku agresif dan psikologis individu yang menggerakkan kelompok yang fanatik terhadap Tim Sepak Bola dalam hal ini Arema.

Terjadinya kericuhan dikarenakan hasil pertandingan antara Persebaya melawan Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, klub Arema kalah atas Persebaya. Atas kejadian tersebut menjadikan suporter fanatisme Arema turun kelapangan seusai pertandingan dan menurut Indranesia, Humas Aremania Menggugat di podcast Akbar Faisal Uncencored pada Kamis 6 Oktober 2022, turunnya Aremania kelapangan adalah untuk memberikan dukungan ke pemain untuk tetap semangat walaupun klubnya kalah dari Persebaya dan tidak ada perkelahian antara suporter Arema dan suporter Persebaya.

Berujung Tragedi

Perilaku agresif secara kolektif yang dilakukan oleh fanatisme Aremania dihadapi secara berlebihan dengan sikap agresif Aparat Kepolisian yang bertanggung jawab terhadap keamanan dengan menyemprotkan gas air mata dan terjadi kepanikan yang luar biasa sehingga dari berbagai penjelasan dari pihak yang berkompeten bahwa banyak korban meninggal disebabkan karena kekurangan oksigen mengakibatkan sesak nafas dan akhirnya banyak yang meninggal.

Berdasarkan data terbaru yang dirilis Polda Jatim, jumlah korban yang tewas dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu (1/10/2022) malam bertambah, dari yang sebelumnya 127 menjadi 129 orang dan hari ini menjadi 132 orang. Jumlah tersebut belum termasuk yang luka dan masih memerlukan perawatan berat dan ringan sebanyak 180 orang yang masih memerlukan perawatan lebih lanjut.

Ada kebersamaan emosional kolektif antar sesama pendukung yang dapat menggerakkan pikiran, sikap dan perilaku saat ada aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa anggota klub lain. Terbangunnya sebuah rasa memiliki yang kuat akan sebuah kelompok dan menjadikan fanatisme, sehingga ketika disaat tertentu ada rasa kecewa dikarenakan adanya harapan dan kenyataan yang tidak sesuai (Arema kalah atas Persibaya) secara spontanitas terjadi aksi emosi yang ditunjukkan oleh kolektibilitas fanatisme.

Disisi lain respon reaktif juga ditunjukkan oleh Aparat Kepolisian yang bertanggung jawab akan keamanan melakukan langkah-langkah pengamanan cepat sampai dengan tahapan penembakan dengan gas air mata terlepas adanya tanggapan distruktif bahwa penggunaan gas air mata tidak diperbolehkan dilakukan di stadion, tidak bermaksud mendalami masalah ini karena tidak berkompetensi kecuali diserahkan kepada yang memiliki kapasitas dalam hal ini.

Secara langsung Presiden Jokowi menyatakan keprihatinan yang mendalam atas peristiwa ini, menyampaikan duka cita dan memerintahkan untuk mengusut  tuntas masalah ini dan bahkan melalui Peraturan Presiden telah dibentuk Tim Pencari Fakta untuk mengungkap kasus ini sebenarnya. Hal ini menunjukkan keseriusan Kepala Negara untuk menyelesaikan masalah ini dengan harapan tidak akan terulang lagi dimasa akan datang.

Sebagaimana kita ikuti dalam pemberitaan melalui media sosial bahwa masalah ini menjadi sebuah perhatian tidak saja masyarakat Indonesia akan tetapi dunia. Tragedi di stadion Kanjuruhan Malang konon merupakan tragedi dengan korban meninggal terbanyak kedua dunia sebagaimana dikabarkan dalam media sosial.

Kekecewaan Fanatisme Aremania dapat dipahami karena rekor Arema tak pernah kalah dari Persebaya di kandang selama 23 tahun juga terhenti. Akibat kekalahan tuan rumah Arema FC dengan skor 2-3 di Stadion Kanjuruhan Sabtu (1/10/2022) malam, fanatisme Aremania yang turun kelapangan dan sikap reaktif aparat keamanan berbuntut rusuh dan menjadi sebuah tragedi dalam sejarah sepak bola di Indonesia.

Sekiranya ada baiknya perlu belajar dari Fanatisme Club di Jepang yang pernah mengalami kekecewaan karena Tim Kesebelasan yang diidolakan mengalami kekalahan. Masih terekam dengan baik dalam ingatan, ketika laga perdana Piala Dunia 2014 di arena Penambuco, Recife, Brazil, tim The Blue Samurai Jepang takluk melawan Pantai Gading dengan score 1 – 2, kendati sempat memimpin terlebih dahulu di laga tersebut.

Kekalahan tersebut tentu tak cuma mengecewakan para punggawa “Samurai Biru” melainkan juga para supporter yang memberikan dukungan sepanjang permainan.
Sebagai appresiasi untuk para supporter, setelah permainan selesai para pemain “Samurai Biru” itu pun berdiri dalam satu baris dan sejenak kemudian mereka serempak membungkukkan tubuh sebagai ungkapan terima kasih dan penghormatan. Baru mereka meninggalkan lapangan.

Ketika para pemain telah meninggalkan lapangan permainan dan para penonton pun mulai beranjak dari tempat duduknya, namun tidak di ikuti oleh para supporter Jepang yang justru berkeliaran ke segala arah bukan untuk melakukan vandalisme (pengrusakan ), melainkan malah memunguti sampah yang bertebaran. Luar biasa.

Mewujudkan kondisi seperti ini memang tidak mudah, karena membutuhkan waktu dan perlu edukasi sejak anak-anak sampai sekolah tentang perbuatan positif dan menghindari vandalisme.

Akibat tragedi ini tentu dari sisi ekonomi menimbulkan kerugian yang tidak sedikit seperti rusaknya sarana-prasarana, terganggunya transaksi perdagangan, pemberian santunan yang meninggal, biaya perawatan dan kerugian lainnya yang terukur. Namun yang paling dahsyat dan tidak bisa diukur secara financial adalah ratusan korban manusia yang meninggal belum lagi yang cacat dan beban keluarga yang ditinggalkan.

Penutup

Sebagai bagian akhir dari beberapa catatan kejadian dan dikaitkan dengan konsep sikap fanatisme terhadap kelompok yang di Idolakan yang berujung pada tragedi, maka dapat dikonklusikan sebagai berikut :

Pertama : Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang merupakan kondisi yang memprihatinkan dan memilukan sehingga menjadi perhatian tidak saja masyarakat Indonesia bahkan dunia. Hal ini harus menjadi perhatian dan evaluasi bagi para pihak untuk perbaikannya dan menjamin tidak terulang kejadian yang sama untuk waktu mendatang.

Kedua : Sikap fanatisme olah raga perlu menjadi perhatian, karena kekecewaan dan kontra emosi menjadi sebuah reaksi yang berdampak kepada perilaku agresif yang tak terkendali sehingga tanpa disadari bahwa apa jyang dilakukan membahayakan dan ini berlaku massal.

Ketiga : Kecenderungan terjadinya perilaku agresif ini sudah sering terjadi sebelumnya misalnya tawuran antar fanatisme, sehingga perlu disikapi dengan cerdas sistem yang terbaik agar tidak terjadi keributan karena emosi sebuah kekecewaan.

Keempat : Disetiap Event apapun apalagi laga sepak-bola, diperlukan analisa resiko sebelum kejadian dengan menggunakan manajemen resiko dan menetapkan probalitas resiko yang bakal terjadi, sehingga bisa dilakukan langkah antisipasi, pencegahan, penghindaran dan pengalihan resiko untuk memperkecil tingkat resiko.

Kelima : Perlu edukasi yang terprogram terhadap emosi yang timbul akibat kekecewaan untuk tidak berbuat keributan dan vandalisme sepihak dan mengalihkan kepada kegiatan positif membersihkan sampah dan bentuk lainnya.

Semoga masalah ini segera selesai dan terang benderang rumusan nya dan tidak akan terulang pada masa yang akan datang. (06102022@br) [jbm]

Pos terkait