Hawa yang Membara

Foto Ilustrasi

Oleh: Misno Mohd Djahri

Ini adalah catatan anak manusia yang sedang terlena dengan hawa dan kenikmatan dunia sementara. Fasilitas hidup yang sudah ada, kesempatan di depan mata hingga angan-angan dan khayalan untuk menikmati dunia dan segala isinya. Ya… sulit memang diungkapkan dengan kata-kata, ketika hawa merasuk ke sukma dan memberi rasa pada setiap sendi raga. Maka semua aturan agama terasa ringan dan dengan mudah tidak diindahkannya.

Bacaan Lainnya

Kenikmatan yang memang semua orang dewasa telah merasakannya, ia penuh dengan rasa menggelora, membara dalam jiwa ketika tetes-tetesnya mengalir membasahi dunia. Seluruh raga dibuat terlena, membara dalam dekapan hawa penuh pesona. Hawa liar yang memang sudah ada sejak dulu kala, ia menjelma dalam suasana dan masa yang berbeda tapi dalam satu rasa yang sama.

Hawa yang membara itu diawali oleh pengalaman manusia di masa lalu yang sudah lama, ketika untuk pertama kalinya di usia belia merasakan kenikmatan yang luar biasa. Ia mencoba untuk menahannya, hingga ketika kesempatan itu ada kembali menyeruak dan menguasai jiwa yang lara. Kini, ianya telah membelit jiwa dan raga yang telah merasakan kembali rasa yang luar biasa. Bahkan hingga menjelang usia separuh abad lamanya…

Mungkin ini bukan cinta, karena sejatinya cinta selalu membawa kepada pendekatan diri kepadaNya jika itu cinta sejati adanya. Rasa suka dengan sesama yang memang muncul dari dalam jiwa yang diawali dengan pesona raga. Beberapa orang berkata bahwa ini adalah anugerahNya, tapi kenapa dalam kalamNya jelas nyata larangannya. Sebagian lagi pasrah dengan keadaannya, karena ia tidak bisa lepas dari belitannya. Katanya “Rasa ini tidak bisa lepas dari jiwa”, bisa jadi itu alasan saja walaupun apa yang dirasa memang betul adanya.

Sulit diterima dengan akal sehat serta rasa yang ada pada umumnya, karena ia hadir terkadang tanpa sebab musababnya. Seperti angin yang membelai sukma, memberi rasa nyama di jiwa hingga sebagian besar dari mereka kemudian pasrah dan terbawa dalam desiran penuh pesona. Inilah kenyataannya, bahwa rasa itu sulit sekali untuk dihilangkan dari jiwa, walaupun terkadang menyiksa jiwa tapi menjadikan hidup semakin berwarna.

Catatan anak manusia ini menjadi saksi, bahwa hidup ini penuh dengan cobaan dari Ilahi. Bahkan setiap insan memang telah diberi, cobaan dan fitnah dalam hidup sehari-hari. Ia adalah satu dari seleksi duniawi, untuk menjadikan kita memiliki derajat yang tinggi di sisi Rabbul Izzati.

Kepada teman-teman yang memiliki rasa yang sama, teruslah berjuang untuk memperbaiki diri. Rasa ini mungkin akan ada hingga kita mati, tapi yakinlah bahwa ia bisa menjadi kekuatan kita untuk terus lebih baik di kemudian hari. Kita tidak tahu kapan kita mati, tapi menyiapkan diri itulah yang terpuji.

Mungkin hari ini kita masih belum bisa melepaskan diri, dari rasa yang ada di hati tapi yakinlah suatu masa kita akan kembali menjadi insan sejati tanpa mengorbankan rasa ini. Allah sayang dengan diri ini, hingga rasa itupun bagian dari “anugerah Ilahi” tinggal bagaimana kita bisa menyikapi. Jadikan “anugerah” itu sebagai berkah serta wasilah untuk sampai kepada mardhatillah (keridhaan dari Allah) serta meraih jannahNya di akhirat nanti. []

Bogor, 10 Mei 2021

Pos terkait