Hikmah Corona

Dok. Pribadi

Oleh Muhammad Syawal Djamil

Penularan covid-19 atau Corona belum menunjukkan tanda-tanda berakhir, sejumlah umat manusia yang bermastautin di berbagai negara pun masih dirundung rasa khawatir.

Bacaan Lainnya

Covid-19 –yang oleh otoritas WHO dikatakan sebagai pandemi telah banyak memberikan dampak negatif bagi kehidupan umat manusia. Data dari Worldometers, kasus virus corona telah menginfeksi lebih dari 200 negara di dunia hingga Rabu (8/4/2020) pagi. Adapun jumlah kasusnya saat ini hampir menyentuh angka 1,5 juta atau tepatnya 1.424.140 kasus positif Covid-19, (Kompas.com, 08/04/2020).

Sedangkan Indonesia sendiri, merujuk informasi yang disajikan oleh Tirto.id, total jumlah kasus positif virus corona di Indonesia sampai pukul 15.40 WIB, Rabu, 8 April 2020, telah sebanyak 2.956 pasien. Dari jumlah itu, 84,37 persen atau 2.494 pasien positif Covid-19 di masih menjalani perawatan di tanah air. Adapun pasien yang berhasil sembuh telah mencapai 222 orang.

Disamping itu, seiring dengan bertambah mewabahnya Corona, aktivitas ekonomi di sejumlah negara juga mengalami kendala yang sangat berarti. Di Indonesia, khususnya Aceh, beberapa harga bahan pokok sempat meroket hingga menyentuh angka yang kurang wajar. Sebut saja gula pasir, seminggu yang lalu harganya masih kisaran 25rbu/kg.

Makanya, sangat beralasan, ketika ada warga yang menyebut, Corona telah menyebabkan kondisi kehidupan keseharian masyarakat berjalan tidak normal. Ditambah lagi dengan pembatasan aktivitas yang diberlakukan untuk melawan Corona di sejumlah negara, yang menyebabkan semakin sedikitnya aktivitas mobilitas orang-orang dengan moda transportasi. Bahkan pabrik-pabrik juga berhenti bekerja, hingga beberapa perusahaan secara diam-diam merumahkan para karyawannya.

Meski demikian, siapa yang menyangka, hadirnya Corona juga membawa hikmah. Dalam artian, Corona selain berdampak positif, ia berdampak positif bagi manusia, bumi secara serta isinya secara keseluruhan.

Ada beberapa hikmah dari Corona yang penulis tangkap belakangan ini. Pertama, Corona telah membuat langit menjadi lebih terang. Di Jakarta, beberapa hari belakangan setelah mewabahnya Corona dan adanya himbauan untuk beraktivitas dan beribadah di rumah, telah membuat fenomena langit biru.

Meski tengah dirundung kekhawatiran, orang-orang tidak dapat menyembunyikan sukacitanya melihat perubahan positif pada langit Jakarta. Sebagaimana yang kita ketahui, kualitas udara di Jakarta pernah masuk dalam rekor paling tidak sehat di Indonesia dan bahkan masuk peringkat 10 besar di Dunia.

Kapal Pesiar

Adanya virus corona memang telah menghasil udara yang lebih bersih dan laut lebih tenang. Satelit telah mendeteksi penurunan nitrogen dioksida dari gas yang berpolusi, yang dipancarkan oleh mobil, truk, bus, dan pembangkit listrik. Wabah virus corona yang melanda sejumlah kapal pesiar membuat kapal-kapal lainnya memilih merapat di pelabuhan sehingga lalu lintas di laut berkurang, (Detik.com, 09/04/2020).

Kedua, Corona telah menyadarkan manusia akan keagungan Tuhan.  Sebagai seorang mukmin yang beriman, tentu kita wajib percaya bahwa Corona merupakan cara Tuhan untuk mengingatkan manusia agar kembali kepada fitrahnya, yang selalu mengagungkan Tuhan serta menjauhi segala kemungkaran. Bahkan terinfeksinya Corona pada tubuh seorang manusia juga atas izin Tuhan. Kita harus percaya itu. Karena demikian, kita dianjurkan untuk jangan sesekali merasa sombong dan angkuh dalam dunia ini.

Bukan sekali dua kali penulis mendengar penuturan dari tokoh-tokoh masyarakat, yang menyebutkan Corona adalah peringatan dari Tuhan khususnya bagi mereka-mereka yang sombong. Lihat saja, betapa hebatnya China, Amerika, Italia, hari ini mereka kehilangan kedigdayaannya oleh Corona.

Orang Aceh sangat percaya, perbuatan sombong di muka bumi merupakan sebuah kemungkaran. Dan setiap kemungkaran pasti mendatangkan musibah. Makanya setiap bencana, semisal banjir, gempa, tsunami dan lain sebagainya selalu dikaitkan dengan kemungkaran yang dilakukan oleh manusia.

Dan, ketiga, adanya Corona telah menyebabkan orang-orang taubat. Pasca mewabahnya Corona, yang semakin hari korbannya semakin banyak, kini Masjid-masjid dan menasah sudah ramai kembali dengan shalat berjamaah. Pun selepas shalat jamaah, orang-orang masih betah berlama-lama untuk berzikir, mengingat Tuhannya. Padahal kita tahu, aktivitas pencegahan penularan Corona dilakukan oleh pemerintah termasuk diberikan himbauan agar tidak membuat keramaian. Termasuk keramaian di Masjid untuk shalat jamaah.

Masjid

Akan tetapi, bukan orang Aceh namanya bila pada mereka tidak melekat sifat pembangkangannya. Bagi mereka, Masjid tidak boleh dibiarkan sepi dari aktivitas ibadah. Apalagi masa genting begini, mesjid harus lebih ramai ketimbang hari-hari sebelumnya. Konon mesjid yang sepi dari aktivitas ibadah, maka nilai karomahnya Masjid tersebut menjadi berkurang.

Dengan demikian, bersebab banyaknya hikmah yang dilahirkan oleh Corona. Maka wajar dan pantas, kita jangan hanya berani mengutuk Corona. Tapi juga harus berterima kasih pada Corona.

Adanya corona telah berimplikasi pada udara yang lebih bersih, insafnya manusia, dan ramainya aktivitas ibadah di Masjid. Tentu, hikmah lainnya juga masih banyak, namun penulis tidak sanggup menyebutnya satu persatu. Sekali lagi, mari berterima kasih pada Corona. Nyanban !

*Penulis merupakan penulis buku yang Nyanban

Pos terkait