Jeritan Hati Seorang Ibu

Chairul Bariah

Oleh Chairul Bariah *

“Anakku, suatu saat nanti engkau akan tahu kerasnya hidup, usia yang Allah berikan setiap hari bertambah, namun sebaliknya itu pertanda jatah hidup kita setiap hari berkurang satu hari, ibu tak berharap banyak, andaikan ibu tua nanti, rawatlah ibu, izinkan ibu selalu dekat dengan mu, membelai mu dengan tangan keriput ibu, biarkan ibu bermain dengan anak anak mu, tolong jangan biarkan ibu sendiri,  ibu ingin selalu bersama mu”.

Bacaan Lainnya

Gelap rasanya dunia ini tanpamu cahaya hidupku, seberapa besarpun engkau menyakiti hatiku, namun tak pernah terlintas di benakku untuk menghapus dirimu dari hatiku, aku tetap mencitaimu walaupun laut memisahkan kita.

Anakku, mencintai ibu bukanlah hal yang rumit, bila engkau tahu betapa besar pengorbanan yang telah ibu lakukan, saat ini engkau telah memiliki segalanya namun apakah engkau tahu bahwa itu semua berkat air susu ibu.

Saat engkau kecil ibupun rela makan hanya sehari sekali demi untukmu, sedangkan yang lain ibu simpan agar engkau tidak merasa kelaparan, memang ibu dulu tidak memiliki apa-apa tetapi kasih sayang ibu berlimpah untukmu, bawalah ibu nak, jemputlah ibu.

Itulah serangkaian kata yang terucap dari salah seorang ibu yang tinggal di sebuah  desa terpencil, ibu ini dulunya adalah pekerja keras dan ibu rumah tangga yang selalu sadar akan tanggungjawabnya, bersama dengan suaminya menyekolahkan 4 orang anaknya sampai ke perguruan tinggi.

Mereka semua telah berhasil  mendapatkan pekerjaan dan harus pindah ke luar daerah,  namun sayang mereka tidak membawa ibunya, hari ke hari ibunya mulai merasa sepi, diperparah lagi ketika ayah dari anak anaknya meninggal dunia, lengkap sudah penderitaan sang ibu, ibaratkan kapal tanpa nahkoda, di tengah laut  terombang ambing, tak tahu harus kemana.

Kini dia tinggal sendiri dan melalui hari-harinya dengan berkebun menanam cabe, terong serta tanaman-tanaman yang dapat  menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, dia ditemani anak tetangganya yang baik hati. Mari bukalah pintu hati sayangi ibu.

*) Penulis adalah Dosen Umuslim Peusangan dan Anggota FAMe Bireuen.

chairulb06@gmail.com.

 

Pos terkait