Oleh Sitti Zahara Tarmizi *
Dengan linangan airmata, Zahra duduk disamping pemakaman kakaknya yang baru saja meninggal. Gadis itu belum siap menerima kenyataan atas musibah yang baru saja menimpanya.
Membanyangkan dan menjalani hari-hari tanpa sang kakak disisinya. Saudara satu-satunya yang ia punya kini pergi menghadap Ilahi.
“Sayang, yuk nak kita pulang,” kata mamanya dengan linangan air mata
“Ma, kakak ma,” jawabnya terisak
“Kakak sudah tenang di alam sana nak, ikhlaskan, yuk nak kita pulang” jawab mamanya bijak.
Keesokan harinya.
“Zahra, mama sama papa hari ini gak bisa antarin kamu ke sekolah, kamu naik taksi ya nak,” ujar mamanya lembut
“Kenapa ma?” Tanyanya cemberut
“Gini nak, papa sama mama menghadiri acara perkawinan anak teman papa” papanya mulai bicara
“Iya deh pa,ma”
“Mama berangkat dulu ya sayang, assalamualaikum”
“Iya ma, pa waalaikumsalam”
***
Dengan wajah cemberut Zahra mengunci pintu rumahnya.
“Andai saja kakak masih ada” batinnya dalam hati. Tanpa terasa airmatanya kembali terjatuh.
Dengan rasa malas ia menyebrang jalan raya. Tanpa ia sadari dari kejauhan sebuah mobil melaju begitu kencang.
Uuugghh…aarrgghh (suara rem mobil tersebut). Zahra yang tidak dapat membanyangkan kejadian tersebut ia menutup wajahnya dengan tangannya.
“Maaf, Mbak ngak kenapa-kenapa kan?” Kata pengemudi mobil yang tersebut seorang pemuda bersarung.
Dengan rasa jengkel Zahra menjawab, “apaan ngapapa, ini orang saja hampir mati, kalau nyetir hati-hati dong”
“Iya, iya mbak saya minta maaf..” kata pemuda itu lagi.
Dengan rasa jengkel Zahra kembali mempercepat jalannya.
***
Dirumah.
” Zahra sayang, mama sama papa punya kejutan buatmu,” kata mamanya dengan mata berbinar
“Apaan tu ma,” jawabnya dengan rasa penasaran
“Kita kedatangan tamu, sana dandan,” perintah mamanya
“Ihhh mama, kedatangan tamu saja harus dandan”
“Ini tamu spesial sayang, buruan sana dandan,”
“Iya,iya ma,” sambil menuju kamarnya.
***
15 menit kemudian.
“Assalamualaikum…” suara ketukan pintu dari luar
“Waalaikumsalam,” jawab mamanya sambil menuju kearah pintu
“Eh Bapak, silakan masuk pak”
“Baik, Bu, terimakasih,” jawab bapak tersebut bersamaan dengan anaknya
“Ini pak, putri kami namanya Zahra Putri Asyifa,” kata bapak Zahra panjang lebar.
Dan mereka pun mulai mencerita acara perjodohan.
“Apa? Saya di jodohkan pa? Ngak mau pa,” ujar Zahra mulai kesal.
“Nak, ini perjodohan yang harus kamu terima…” bapaknya Zahra mulai menjelaskannya.
“Tapi pa, tadi pagi dia hampir menabrak Zahra,” jawab Zahra lesu
Lelaki tadi pun mulai memperkenalnya dirinya
“Perkenalnya nama saya Arif… ” Arif Memulai (dan dia mulai menjelaskan kejadian tadi pagi dan meminta maaf).
***
Akhirnya Zahra pun menyetujuinya.
Pernikahannya segera dilangsungkan.
Dengan rasa percaya diri Arif membaca Surah Ar-rahman untuk Zahra dihadapan penghulu dan para tamu.
Membuat para tamu undangan terharu dan berlinangan air mata.
Zahra yang mulanya tidak ridha perjodohan tersebut akhirnya bisa menerima dan tersenyum bahagia. (***)
Penulis adalah Santri Dayah Manyang Samalanga
Dari Ulee Gle – Pidie Jaya