Manajemen Hati: Saling Memaafkan

Foto Dok. DR. Basuki Ranto

Oleh: DR. Basuki Ranto

Penulis adalah Anggota Dewan Pakar ICMI DKI Jakarta

Bacaan Lainnya

Arti memaafkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pembebasan seseorang dari hukuman (tuntutan, denda, dan sebagainya) karena suatu kesalahan; ampun: Forgiveness dalam bahasa Inggris, digunakan untuk mengungkapkan kata memaafkan dan permaafan. Sedangkan dalam bahasa Arab,   digunakan kata : ‘afa – ya’fu – ‘afwan. ‘Afa terambil dari akar kata yang berarti meninggalkan sesuatu atau memintanya. Kemudian dari kata ini terbentuk kata ‘afwu, yang berarti  meninggalkan sanksi yang seharusnya diterima oleh orang yang bersalah [memaafkan].

‘Afwu berarti pula terhapus dan habis tidak berbekas. Sementara yang terhapus dan habis tidak berbekas, pasti ditinggalkan. Terakhir,  ‘afwu bermakna kelebihan. Karena yang berlebih, dengan mudah kita tinggalkan dan berikan kepada yang meminta.

Dari seluruh semua uraian tersebut, dapat dipahami kata memaafkan berarti berupaya menghapuskan, melupakan, dan meninggalkan di belakang, kesalahan yang diperbuat orang. Karena berlimpah dan penuhnya cinta dan kasih sayang. Karena tindakan tersebut, lebih disukai Allah yang Maha Rahman.

Saling memaafkan berarti tindakan sama – sama menghapuskan, melupakan dan meninggalkan kesalahan antara satu pihak dengan pihak lain sehingga tidak ada lagi beban hati dan melepas semua yang selama ini tersimpan dalam pikiran .

Dalam melupakan dan meninggalkan, kita terbebas dari beban dan luka sayatan yang menyakitkan. Kesembuhan, keteduhan, dan kebahagiaan, lebih mudah kita dekap dan genggam. Langkah lebih ringan dalam mendaki puncak – puncak kesholehan dan ketaqwaan. Konon ada yang menggambarkan, dendam dan kebencian yang kita simpan, seperti bara api yang kita bawa di sepanjang perjalanan meniti kehidupan.

Kalaupun kita melihat kebelakang, cukup sekali saja tidak perlu berulang. Hanya sekedar untuk mengingat kejadian masa lalu dan pelajaran yang bisa diambil dari masa lalu. Hal tersebut dimaksudkan agar  di masa yang akan  tidak berbuat persis mengulang seperti yang mereka lakukan dan cukup hanya sekali saja terjadi.

Sementara itu, apa-apa yang Allah sukai, pasti mengandung kebaikan dan memuat keberkahan. Meskipun, awalnya berat kita rasakan. Walaupun, mulanya, enggan kita lakukan dan berikan. Dalam Al Quran Allah mengingatkan : “…Boleh jadi, yang kamu benci, itu baik bagi mu. Bisa saja, yang kamu sukai, itu buruk bagi diri mu. Allah-lah yang Maha Tahu. Sedangkan kamu, sama sekali tidak tahu. [QS. 2 : 216]

Saling Memaafkan Bentuk Manajemen Hati

Memohon maaf dan memaafkan,  hanya ada dalam kerendahan hati dan luasnya kasih sayang. Memohon maaf dan memaafkan, hanya ada dalam pengakuan, kita dan sesama adalah makhluk lemah yang tidak luput dari kesalahan. Ego merunduk jatuh dalam pangkuan. Tidak lagi menjadi junjungan dan penghalang. Dengannya, jiwa kita menjadi tenang. Bertambah dekat, bahkan terbang melayang, menuju Zat yang Maha Rahman.

Memaafkan harus dilandasi dengan niat ketulusan hati. Demikian halnya terhadap yang dimaafkan diperlukan suatu keikhlasan untuk melepaskan semua  hal yang tersimpan yang terkait kepada rasa tersinggung, sakit hati, benci dan bentuk penyakit hati lainnya yang kemudian juga ditunjukkan dengan memaafkan.

Terdapat sebuah ungkapan yang baik dijadikan dorongan untuk saling memaafkan yaitu: ”Memaafkan adalah sumber mata air kesembuhan, Hulu dan hilirnya keteduhan dan kebahagiaan.

Sungguh tepat ungkapan ini bahwa memaafkan pada dasarnya adalah sumber keteduhan dan ketenangan hati yang membangun semangat kebersamaan dan saling menghormati serta rasa kekerabatan untuk tidak dalam posisi saling membenci apalagi bermusuhan.

Dalam praktiknya, memaafkan memang bukan kebiasaan yang mudah, lebih-lebih bagi orang terzalimi. Alquran mengkonfirmasi tindakan memaafkan itu sebagai satu indikator dan ciri capaian derajat ketakwaan seseorang dan menjadi gerbang utama untuk masuk kedalam golongan muhsinin.

Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman: “(Orang yang bertakwa) adalah orang yang menahan amarahnya dan memaafkan di antara manusia. Allah SWT menyukai orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imron/3: 134).

Bagi orang yang bertaqwa menjadi pemaaf menempati posisi penting dalam hubungan dan solidaritas antar manusia, dengan beberapa alasan:

Pertama, memaafkan berarti pengkondisian hati sehingga nihil dari kotoran dan penyakit seperti dengki, angkuh, iri, dendam dan sejenisnya. Ketika seseorang telah bersungguh – sungguh memaafkan sejatinya telah terjadi proses peruntuhan ego, peleburan dengki, dan penghancuran nafsu dendam yang menggumpal.

Kedua, kesediaan memaafkan menjadi fondasi terbentuknya solidaritas sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Solidaritas sosial mustahil terbangun tanpa dilandasi sikap kerelaan untuk saling menghapus dendam dan ketiga  memaafkan berarti menatap masa depan yang lebih positif.

Dengan saling memaafkan akan terbentuk solidaritas yang kuat yakni suatu tautan atau tali – temali hidup bermasyarakat dimana hubungan antar individu saling kenal, saling terkait, dan saling menyapa, serta penuh empati.

Sikap saling memaafkan merupakan media yang harus dilalui agar manusia mendapatkan ampunan dari Tuhannya.

Dalam sebuah firman-Nya dinyatakan, “dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada (menghapus kesalahan). Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah SWT mengampunimu?” (QS. An-Nur/24: 22).

Alquran memang menetapkan seseorang yang dizalimi diizinkan untuk membela diri dan membalasnya, tapi bukan balas dendam. Pembalasan harus dilakukan secara simpatik dan sekadar membela diri. Akhlak yang utama adalah menunjukkan keluhuran perangai, bersabar, dan memberi maaf.

Allah SWT akan memberi ampunan kepada manusia bila mereka terlebih dahulu menuntaskan kenistaan dengan saling memaafkan, menghapus kesalahan, dan berlapang dada antar sesama.

Kesimpulan

Dalam tradisi masyarakat Indonesia, sikap saling memberi maaf dapat memompa gairah baru dalam kebersamaan dan memupuk empati untuk pergaulan hidup yang harmonis

Dengan memaafkan berarti membebaskan hati dari beban, melepas rasa sakit hati, membuat ketenangan dan keteduhan. Selain membebaskan rasa kebencian, dendam dan kegalauan yang berkepanjangan.

Pemaaf adalah bagian dari kualitas iman dan ketaqwaan seseorang

Saling memaafkan adalah merupakan bentuk dari Manajemen hati yang mampu menyelesaikan berbagai bentuk penyakit hati dan membangun ketenangan, kedamaian dan ketentraman serta kedamaian yang harmoni.

Dalam situasi ditengah pandemi Covid 19 yang semakin tinggi khususnya virus Omicron yang begitu banyak menyebar, dan ditengah kondisi ekonomi yang masih sulit sebagai dampak dari pandemi, tingkat sensitifitas yang cukup tinggi berakibat orang mudah tersinggung, marah dan ego pribadi, maka yang perlu dijaga adalah kalimat, ucapan dan tindakan yang menyulut kemarahan dan ketersinggungan individu apalagi masyarakat.

Dalam masyarakat jawa terdapat sebuah ungkapan yang memiliki makna mengelola hati yaitu: “Ajining diri gumantung soko Kedaling Lati”, yang mengandung maksud bahwa harga diri seseorang akan bergantung kepada ucapan atau kata – kata yang disampaikan. Begitu penting ucapan harus dijaga maka perlu diingat sebuah ungkapan yang dapat digunakan untuk mengendalikan diri yaitu: ”Mulutmu – Harimaumu”.

Seyogianya kita masing – masing bisa memanage hati kita dengan menghindari kata dan ucapan untuk menciptakan keteduhan dan ketenangan serta kebersamaan dalam persatuan. Bagi yang sudah terlanjur karena ucapannya membuat ketidaksenangan dan kegaduhan, segera klarifikasi dan dijelaskan secara proporsional dan profesional. Ketika itu disadari salah maka segera minta maaf dan bagi yang merasa tersinggung apa lagi dendam berkepanjangan, segera memaafkan. Dengan saling memaafkan itu merupakan sebagian dari manajemen hati.

Semoga kita menjadi insan yang pemaaf dan saling memaafkan dengan orang lain. Wallahualam. 02032022. [jbm]

Pos terkait