Oleh: Abdurrahman Misno
Manusia memang tempat salah, lupa dan dosa, tapi hal ini bukan menjadi alasan baginya untuk selalu melakukannya. Banyak di kalangan pendosa menganggap bahwa dosa yang dilakukannya adalah karena kelemahannya sebagai manusia. Benarkah demikian adanya?
Tentu saja jawabannya tidak demikian, karena dosa yang dilakukan oleh manusia adalah perkara yang tidak disukai oleh Allah Ta’ala, walaupun hal itu adalah takdirnya. Manusia diberikan oleh Allah Ta’ala dua jalan, ada jalan fujur dan ada jalan takwa, sebagaimana firmanNya:
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَىٰهَا
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, QS. Al-Syams: 8.
Allah Ta’ala dalam ayat ini secara jelas memberikan dua jalan sebagai pilihan bagi manusia, memang kebanyakan manusia laia adanya. Hingga jalan fujur yang penuh dengan dosa dan kemaksiatan selalu ditempuhinya.
Bisa jadi seseorang itu sadar, bahwa itu adalah perbuatan dosa tapi hawa nafsunya selalu menghiasi perbuatannya dengan berbagai hal yang menyenangkan. Hawa nafsunya selalu merayunya agar kembali melakukannya, sementara syaithan dan bala tentaranya terus menggoda manusia agar kembali ke jalan dosa. Maka lengkap sudah penyebab ia selalu terjerumus ke dalam dosa dan kealphaan; dorongan dari hawa nafsu dirinya dan syaithan yang menggoda dari luarnya.
Kembali kepada manusia, bahwa dosa yang dilakukan apabila dilakukan secara terus-menerus maka perlahan-lahan rasa bersalah itu akan berkurang. Bahkan muncul dalam dirinya bisikan-bisikan menyesatkan “Ini hanya dosa kecil, tenang saja gampang nanti bertaubat” demikain salah satunya. Bisikan lainnya menyatakan “Jalani aja dulu, nanti gampang kalau sudah tua bertaubat” atau “Ini memang kelemahanmu, Namanya juga manusia ya pasti berbuat dosa”.
Itulah berbagai rayuan dan godaan dari dalam diri manusia dan syaithan beserta bala tentaranya. Manusia yang melakukan dosa akan selalu menganggapnya sesuatu yang biasa, padahal dalam lubuk hatinya yang terdalam muncul perasaan khawatir, risau dan takut ketika telah melakukannya. Namun terkadang ia masih belum bisa keluar dari belitan dos aitu, entah sampai kapan?
Manusia memang tempat salah, dosa dan penuh dengan kelemahan. Namun jangan jadikan ianya sebagai alasan untuk melakukan segala bentuk dosa dan kemaksiatan. Karena hakikatnya dosa yang dilakukan manusia adalah tanggungjawabnya, dan ia akan mendapatkan balasannya di akhirat sana.
Berat memang meninggalkan dosa, apalagi jika dosa itu sudah lama dilakukan. Lebih-lebih jika dosa itu berkaitan dengan rasa di dada, semisal suka dengan sesama manusia. Dada ini akan dibuat sesak dengan godaan yang ada, “Ini adalah rasa cinta, ini adalah rasa sayang” itu alasan utamanya. “Kamu tidak bisa lepas darinya karena kamu sayang dengan dia” tambahan godaan itu. Ya, sayang dengan sesama adalah hal yang diperintahkannya, namun jika menjadi sebuah perbuatan dosa atau kemaksiatan maka itu bukanlah sayang.
Saudaraku, sadarlah, ini adalah fitnah dan ujian, anda harus kuat untuk menghadapi dan melawannya. Semoga Allah Ta’ala sentiasa menjaga, hingga kita kembali kepadaNya… Teruslah berjuang, untuk menghilangkan rasa itu… sakit pasti di dadamu tapi semoga menjadi manis di hadapan Rabbmu. Jangan pernah menyerah, kalau terjatuh segera bangkit lagi… Semoga Allah Ta’ala selalu merahmati. Aameen Ya Rabbal aalaameen. 05 April 2022. []