Mencermati Over Supply And Demand Listrik

Foto Dokumentasi

Oleh: DR. Basuki Ranto

Dosen Pascasarjana STIE Mulia Pratama

Bacaan Lainnya

Saat ini terjadi kelebihan ketersediaan diatas permintaan (over supply and demand) listrik yang cukup menjadi pemikiran dan beban PLN untuk mendistribusikan sampai habis. Konon over supply listrik PLN mencapai tujuh (7) gigawatt tahun ini.

Bahkan dikalangan DPR RI sampai kebingungan untuk mencari solusinya. Sehingga karena bingungnya kemudian timbul wacana untul mengganti elpiji menjadi kompor listrik dan menghilangkan listrik rumah tangga 450 VA menjadi 900 VA. Namun akhirnya wacana ini ditepis langsung oleh Presiden Joko Widodo sehingga tidak menjadi polemik yang berkepanjangan.

Kondisi ketersediaan listrik merupakan situasi yang dramatis bila dibanding situasi sebelumnya. Mengapa demikian? Karena sebelumnya terjadi kekurangan listrik sehingga diperlukan strategi oglangan (bergiliran) dan bahkan sering terjadi kondisi byar-pet ( mati-hidup), sehingga mengganggu aspek kehidupan masyarakat dan sektor produksi-industri & perdagangan).

Saat terjadi kelebihan pasok listrik yang sangat besar di Jawa. Ada 4 buah pembangkit raksasa milik swasta, selesai dibangun yang kapasitasnya 1.000 MW/unit diantaranya Banten, Cilacap dan di Batang ada dua, milik Adaro.

Empat raksasa tersebut menyetarakan Indonesia dengan negara maju karena mampu menyiapkan pembangkit raksasa sebagaimana dimiliki oleh negara maju dan sekaligus lambang kehebatan Indonesia dengan mampu memiliki  unit terbesar PLTU yang mampu dibangun manusia. Tidak ada yang lebih besar dari itu.

Dengan Unit terbesar tersebut PLN harus membeli semua listrik yang dihasilkan. Akan tetapi  PLN kesulitan menjual sampai habis. Permintaan listrik di Jawa turun. Sejak jauh sebelum Covid –diperparah oleh pandemi. Kenaikan permintaan listrik di Jawa tidak sebesar yang diharapkan karena kondisi tersebut apa lagi banyak kegiatan ekonomi yang mengalami stagnasi.

Sehingga over supply listrik PLN mencapai 7 gigawatt tahun ini, sehingga diperlukan solusi tepat agar tidak membebani.

Untuk menyikapi hal tersebut hal-hal yang perlu dirumuskan adalah adalah keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan (equilibrium supply and demand). Menyeimbangkan pasokan dan permintaan seharusnya sudah terpikirkan dimulai pada tahap perencanaan pembangunan pembangkit tenaga listrik (PL). Agregasi supply listrik baik dari PL berbasis energi fosil maupun dari yang berbasis energi terbarukan, harus dihitung cermat sesuai prediksi demand yang juga harus dihitung dengan cermat. Meleset di perhitungan supply dan demand tentu akan berbuntut kerunyaman seperti yang terjadi sekarang entah itu signifikan atau tidak Penting pula menjadi perhatian, pada tahap perencanaan juga harus sudah dirumuskan mitigasi atau solusinya, jika perhitungan-perhitungan itu ternyata kemudian meleset. Bukan berpikir  bagaimana nanti dan dicari solusi secara instan.

Menarik tulisan Pak Dahlan Iskan yang tidak lain orang yang pernah piawi dalam mengelola PLN dari WA yang dikirim teman diantaranya menyebutkan kenapa listrik disediakan terlalu banyak dan kenapa permintaan listrik turun?

Dikatakan oleh beliau, sebenarnya tidak turun. Tapi tidak naik. Sebenarnya naik tapi tidak sebanyak yang diperkirakan.

Ambisi negara ini untuk maju  memang sangat besar. Itu terlihat dalam kampanye Pilpres. Angka pertumbuhan ekonominya diinginkan sampai enam persen. Bahkan ada capres yang menjanjikan sampai tujuh persen.

Ambisi itu tidak mungkin dicapai kalau listriknya tidak disediakan. Harus dalam jumlah yang cukup. Pertumbuhan penyediaan listrik harus dua persen di atas pertumbuhan ekonomi yang diinginkan, itu antara lain yang dikatakan terkait kepada dua hal yaitu pertumbuhan ekonomi dan penyelarasan naiknya ketersediaan listrik.

Konklusi

Dari beberapa uaraian tersebut maka dapat dikonklusikan dan sebagai alternatif solusi terkait kepada over supply listrik adalah sebagai berikut:

Pertama : Pada prinsipnya over supply listrik perlu dirumuskan pola  strategi keseimbangan antara penawaran dan permintaan (equilibrium supply and demand) tanpa membebani masyarakat.

Kedua : Mengalihkan elpiji ke bentuk kompor listrik bukan cara yang bijak, kecuali pengalihan tersebut, kecuali digunakan untuk mengurangi impor energi.

Ketiga : Strategi  menurunkan penggunaan kapasitas produksi Pembangkit Listrik (PL) tertentu ke tingkat yang sesuai, sehingga agregasi supply seimbang dengan agregat demand yang  riil. Tetapi pendekatan ini mungkin tidak menguntungkan (favorable) bisa saja yang  terjadi adalah ketidak hematan dan inefisiensi produksi listrik pada PL yang  beroperasi di bawah minimal dari kapasitasnya.

Keempat : Cara  lain yaitu dengan menggunakan strategi pricing dengan untuk menaikkan demand, melalui penurunan tarif listrik. Dengan strategi ini setidaknya secara teori akan menaikkan demand. Terlebih lagi penurunan tarif ini juga dimaksudkan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, misalnya dengan menurunkan tarif hanya untuk segmen pelanggan masyarakat menengah ke bawah dan segmen pelanggan manufaktur yang memproduksi bahan kebutuhan pokok termasuk obat-obatan, sehingga tidak secara prorata.

Kelima : Strategi menghapus listrik 450VA menjadi 900VA bagi masyarakat bawah dan UMKM bisa dimungkin dengan syarat tidak meningkatkan beban kecuali sebagai subsidi untuk membantu mereka.

Semoga masa mendatang tidak timbul masalah over listrik dengan tidak akan menghebohkan masyarakat dan ada solusi yang tepat. (29092022 @br) [jbm]

Pos terkait