Oleh: DR. Basuki Ranto
Dosen Pascasarjana STIE MP
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Bali yang diselenggarakan pada 15-16 November 2022 telah usai dan ditutup. KTT G-20 di Bali ini dihadiri oleh negara-negara maju maupun negara-negara berkembang, konon menghadirkan 429 delegasi dan hadir pula 19 Kepala negara dan Kepala Pemerintahan diantaranya Presiden Amerika Serikat dan Presiden Cina serta Perdana Menteri Inggris.
KTT G-20 di Bali ditutup Presiden Joko Widodo (Jokowi) selaku tuan rumah, dan acara yang berlangsung pada 15-16 November di Candi Ballroom The Apurva Kempinski, Bali ini berhasil mengesahkan Deklarasi Pemimpin atau Leaders’ Declaration.
KTT G20 yang oleh Presiden KTT Indonesia mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger”, untuk selanjutnya tahun depan (2023) akan diselenggarakan di India sebagai tuan rumah.
Beberapa Kesepakatan dari Aspek Ekonomi (Makro) Dilansir dari liputan6.com menyebutkan bahwa Presiden Jokowi resmi mengumumkan Deklarasi Pemimpin, atau Leaders’ Declaration yang dihasilkan pada KTT G20 Bali, Rabu (16/11/2022).
Dalam dokumen tersebut, ada 52 poin yang disepakati para pemimpin negara G20, salah satunya terkait kebijakan makro ekonomi dalam menghadapi situasi krisis dunia.
Hal-hal yang terkait dengan ekonomi makro diantaranya :
(1) Dalam mengatasi ekonomi global sedang dalam situasi kritis, Leaders’ Declaration KTT G20 menilai perlu adanya tindakan nyata yang tepat dan cepat untuk mengatasi tantangan itu. Termasuk melalui kerjasama kebijakan makro internasional dan kerjasama nyata.
(2) Komitmen untuk mendukung negara-negara berkembang, khususnya negara-negara kurang berkembang dan negara berkembang, dalam menanggapi tantangan global ini dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang disebut Sustainable Development Goals (SDGs).
(3) Negara anggota G20 sepakat mengambil tindakan terkoordinasi untuk menempuh misi pemulihan global yang kuat, inklusif, tangguh, serta pembangunan berkelanjutan yang menghasilkan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.
(4) G20 berkomitmen tetap gesit dan fleksibel dalam merespon kebijakan makro ekonomi negaranya. Implementasinya, dengan menyiapkan investasi publik dan melakukan reformasi struktural, mendorong investasi swasta.
(5) Memperkuat perdagangan multilateral dan menjaga ketahanan rantai pasok global. Tujuannya, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang, inklusif dan berkelanjutan, serta adil dan ramah lingkungan.
(6) Memastikan kesinambungan fiskal jangka panjang, dengan bank sentral dengan berkomitmen untuk mencapai stabilitas harga.
(7) G20 pun berikrar melindungi stabilitas ekonomi makro dan keuangan dengan menggunakan semua perangkat yang tersedia untuk memitigasi risiko penurunan. Lalu, belajar dari berbagai kebijakan yang dibuat sejak krisis keuangan global untuk memperkuat ketahanan finansial, seraya mendorong pembiayaan berkelanjutan dan arus modal.
(8) Mengambil aksi untuk mengusung ketahanan pangan dan energi serta mendukung stabilitas pasar. Juga, menekankan dukungan untuk meredam dampak kenaikan harga, dengan memperkuat dialog antara produsen dan konsumen, serta mendongkrak sektor perdagangan dan investasi guna menjaga ketahanan pangan dan energi untuk jangka panjang.
(9) Investasi lebih lanjut untuk negara berpenghasilan rendah dan berkembang, melalui lebih banyak variasi sumber dan instrumen pembiayaan inovatif. Termasuk, mengkatalisasi investasi dari sektor swasta untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Bank Pembangunan Multilateral diminta untuk mengedepankan tindakan guna memobilisasi dan memberikan pembiayaan tambahan sesuai mandat, untuk mendukung pencapaian SDGs, termasuk melalui pembangunan berkelanjutan dan investasi infrastruktur, dan dalam memberikan respon terhadap tantangan global.
(10) Leaders’ Declaration KTT G20 Bali juga berkomitmen kembali untuk mempercepat pencapaian SDGs, serta mencapai kesejahteraan bagi semua melalui pembangunan berkelanjutan.
Sementara masalah yang strategis terkait dengan pengakhiran perang Rusia dan Ukraina yang akan berdampak terhadap krisis pangan dan energi dunia tidak nampak ada keputusan. Hal ini apakah dikarenakan bukan ranahnya KTT G20 ini untuk membahas, namun ketika Pemimpin Negara berkumpul seyogyanya menjadi issu kritis yang menjadi perhatian.
Dari aspek lain yaitu dari Menko maritim dan Investasi diperoleh informasi bahwa Indonesia akan memperoleh bantuan.
Dilansir dari laman Menko Maritim dan Investasi diberitakan Pemerintah Indonesia akan mendapatkan kucuran dana senilai US$20 miliar dari International Partners Group (IPG) selama 3 hingga 5 tahun ke depan guna mendukung upaya transisi energi Indonesia.
Kerja sama antara Indonesia dan IPG atau Just Energy Transition Partnership tersebut menjadi bagian dari langkah pemerintah menuju energi terbarukan dan ramah lingkungan.
Demikian mengintip dari beberapa point yang dihasilkan dari KTT G20 dari sisi ekonomi makro dan tertuang dalam Leaders’ Declaration KTT G20 Bali.
Konklusi
Dari beberapa hal yang sudah disampaikan pada uraian sebelumnya, maka dapat diambil konklusi sebagai berikut:
Kesatu : KTT G20 yang merupakan event tahunan seharusnya banyak memberikan manfaat bagi perbaikan ekonomi masyarakat dan terus dievaluasi dampaknya dari waktu kewaktu.
Kedua : Banyak keputusan yang dihasilkan yang tertuang dalam “Leadership declaration” utamanya dari aspek ekonomi makro, seharusnya dapat dijadikan fokus dalam menyusun rencana pembangunan ekonomi yang berdampak positif bagi warga masyarakat setidaknya barang kebutuhan tidak menjadi mahal.
Ketiga : Penyelenggaraan KTT ini konon tidak kecil yaitu dengan anggaran Rp. 675 miliar seharusnya mampu memberikan multiplier effek terhadap kondisi ekonomi.
Keempat : Dengan diperolehmya kucuran dana dari IPG sebesar US$ 20 miliar untuk energi terbarukan, seharusnya tidak terjadi kenaikan harga energi bagi masyarakat terutama level bawah dan tidak berkemampuan. (16112022@bas) [jbm]
Sumber : https://news.ddtc.co.id/bermitra-dengan-ipg-indonesia-dapat-kucuran-dana-us20-miliar-43472 https//www.liputan6.com