Oleh Sitti Zahara Tarmizi
Dari Ulee Gle – Pidie jaya
Ku lukiskan nan indah pemandangan
Ku warnai kehijau-hijauan
Agar terlihat begitu menyegarkan
Ditambah dengan buahnya yang menggiurkan
Diantara asyiknya ku menggambar,
Sang pensil mematahkan matanya
Seakan berkata
“Tak usah dilanjutkan, berhentilah, itu sia-sia”
Ah… aku tak memercayainya
Ku gantikan dengan yang baru
Kembali terpatah,bahkan hancur
Berkali-kali ku ganti, hasilnya tetap sama
Kenapa begini…?
Ah… aku lelah, iya aku menyerah
Namun lukisanku bagaimana..?
Huff, ku biarkan saja jadi angan-angan
***
Mawar Kembali Mekar
Kaca kehormatan yang dulunya hancur berkeping-keping
Yang dulunya menahan sakit
Mawar kala itu,
Membiarkan kumbang mengambil sarinya
Hingga tetesan embun jatuh satu demi satu
Dari kelopak bunga yang sudah tergores api luka
Sang mawar menjadi ketidakberdayaan
Namun semua itu berlalu
Disaat hadir sikumbang baru
Dia tak sempurna , namun istimewa
Mawar yang telah layu
Kembali mekar memperlihatkan keindahannya
Merah muda kembali bercahaya
Duri-durinya menjadi berarti
Kadang gontai tertiup angin
Kadang terlepas dibasahi hujan
Kumbang tetap berdiri menjadi pegangan
Menuntun mawar tetap memberi keharuman
***
Kemana Rindu Ini Ku Bawa…?
Kemana rindu ini ku bawa..?
Kemana ku harus mencari jejaknya
Rasa rindu mengutuk hariku
Menerbangkan keceriaanku
Rasamu yang ku abaikan membuatmu berlalu
Malam sepi tanpa candamu
Kemana rindu ini ku bawa..?
Duhai sang perebut hati
Jangan hakimi, hati tak mampu menerima
Duhai sang perebut hati
Batin wanita mudah tersiksa
Kemana rindu ini ku bawa..?
Kembalilah, kembalilah
Jangan katakan padaku
Aku hanyalah sayapmu terbang kenegerinya
Kemana rindu ini ku bawa..?
Sayang dimana gerangan..?
Datanglah mengkhitbahku
Kata Qabiltu lebih berarti dari I love you