Menyikapi Bencana Banjir di Aceh Utara

Ist
Ist

Oleh Aswadi
Kepala Bidang Kebencanaan IPAU, Ikatan Alumni Mahasiswa Magister Ilmu Kebencanaan Unsyiah (IKAMIK)

Lingkungan dapat merupakan sumberdaya maupun bahaya (hazard). Kondisi lingkungan mengalami perubahan baik secara cepat maupun perlahan-lahan oleh berbagai faktor penyebab dan beragam dampaknya. Perubahan pada salah satu atau lebih dari komponen lingkungan akan mempengaruhi komponen lainnya dari lingkungan tersebut dengan intensitas yang berbeda. Kondisi lingkungan Indonesia sangat beragam dan dinamis, baik menurut waktu maupun ruang. Sebagian lingkungan telah memberikan manfaat bagi masyarakat, namun tidak sedikit lingkungan yang sampai saat ini belum dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat atau bahkan bersifat hazard.

Bacaan Lainnya

Pertumbuhan atau perkembangan penduduk pada suatu daerah misalnya, akan berpengaruh positif maupun negatif terhadap komponen lingkungan dari daerah tersebut seperti lahan, air, flora dan fauna. Pertumbuhan atau perkembangan penduduk memerlukan pangan, tempat tinggal, air bersih dan lain-lain sebagainya yang dapat dipenuhi oleh lingkungan. Perubahan guna lahan akan sangat berpengaruh pada komponen lain termasuk sumberdaya air dan tanah. Pembangunan permukiman dan sarana prasarana permukiman yang tidak mempertimbangkan keseimbangan lingkungan dan kemampuan lahan merupakan faktor yang mendorong terjadinya ancaman bencana banjir, tanah longsor dan ada beberapa ancaman bencana lainnya.

Misal kabupaten Aceh Utara yang setiap tahun terjadinya banjir, akan tetapi disisi lain banjir itu seolah-olah datang sendiri tanpa campur tangan manusia, sehingga pemerintah  setempat tidak perlu pencegahan dan mitigasi tetapi hanya perlu menyiapkan makanan pokok pada saat terjadinya banjir saja.

Buktinya, pada tahun 2019 ini, pemerintah setempat dengan leluasa memberikan izin kepada PT. Rencong Pulp and Paper Industry (RPPI) akan membuka lahan seluas 168 hektare dengan menebangi pohon dari total 10.384 hektare areal hutan yang melintasi enam kecamatan di Aceh Utara. Untuk kasus seperti ini, apakah pemerintah ada memikirkan kehidupan warganya setelah hutan gundul?

Bagaimana nasib warga yang bermukim diseputaran DAS yang melintasi hutan gundul tersebut? Kalau kita lihat aliran DAS nya bukan saja Aceh Utara yang mengalami dampak dari perambahan hutan tersebut, tetapi ada beberapa kabupaten yang ikut menanggung risiko bencana dari pada kebijakan pemerintah tersebut. Kabupaten yang akan menanggung risiko bencana itu mulai dari Aceh Utara, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Timur hingga Gayo Lues dan Kabupaten Bireun. Apakah Pemerintah Kabupaten Aceh Utara maupun Pemerintah Aceh tidak memikirkan dan mengingat kembali peristiwa banjir, tanah longsor, kekeringan dan yang lebih parah lagi terjadinya banjir bandang.

Sebelum PT. RPPI itu merambas hutan di Aceh Utara, kejadian banjir di musim penghujan sudah tak terbendung lagi, apalagi setelah hutan itu gundul, apa yang akan terjadi? Kita masyarakat tidak sanggup untuk mencegahnya dan hanya kepada Allah tempat kita memohon perlindungan akibat dari pada kebijakan pemimpin-pemimpin serakah. Apalagi di Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara salah satu kecamatan yang terlintas dari perambahan hutan yang selalu mengalami kekeringan dimusim kemarau. Akibat dari kekeringan ini akan mengakibatkan berbagai bencana sekunder salah satunya adalah masalah kesehatan.

Begitu tidak ada air di sumur maka masyarakat akan beralih ke sungai, yaitu tempat pemandian, cuci pakaian dan bahkan tempat pembuangan kotoran manusia. Kalau sudah begini apa yang akan terjadi selanjutnya? Tentu, akan terjadi pencemaran lingkungan, efeknya sungguh sangat besar seperti, keterbelakangan mental anak-anak, kolera, amoebiasis, disentri, diare, hepatitis, keracunan timbal, malaria, polio dan trachoma (infeksi mata).

Potensi Banjir

Air adalah salah satu sumber alam utama yang sangat diperlukan oleh manusia. Tanpa air tidak ada kehidupan di dunia ini karena air merupakan benda yang mutlak diperlukan oleh seluruh manusia dan makhluk hidup lainnya. Meskipun demikian pentingnya kedudukan air bagi kehidupan di bumi tidak jarang kehidupan dan penghidupan menderita akibat kebanyakan air atau kekurangan air.

Aceh yang merupakan daerah beriklim tropis memiliki curah hujan yang tinggi tiap tahunnya. Umumnya pada saat terjadi hujan di Aceh selalu kita dengar banjir dimana-mana. Banjir di Aceh masih menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh masyarakat kita. Banyak kerugian yang disebabkan karena terjadinya banjir, bukan hanya harta benda akan tetapi juga jiwa. Dari sisi lain kebutuhan air bagi sumber kehidupan manusia merupakan dilema di mana pada waktu tertentu terjadi kekurangan air sehingga fenomena ini berbanding terbalik dengan kondisi banjir, untuk itu perlu dilakukan pengelolaan sumber daya air demi menjamin ketersediaan dan kelestarian sumber daya air.

Bencana banjir merupakan interaksi antara manusia dengan alam yang dikaitkan oleh sistem penyesuaian manusia dalam memanfaatkan alam dan sistem alam itu sendiri. Dalam hal ini banjir merupakan aspek interaksi antara manusia dalam mencoba memanfaatkan alam yang berguna dan menghindari alam yang dapat merugikan manusia itu sendiri. Secara ilmiah yang dimaksud dengan banjir adalah suatu kondisi di mana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang, sehingga meluap menggenangi daerah dataran banjir di sekitarnya.

Banjir merupakan peristiwa alam yang dapat menimbulkan kerugian harta benda penduduk serta dapat pula menimbulkan korban jiwa. Dikatakan banjir apabila terjadi luapan air yang disebabkan kurangnya kapasitas penampang saluran. Sangat perlu kita ketahui agar semakin bertambahnya pengetahuan serta pemahaman kita tentang hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya banjir.

Mengingat Aceh yang mengalami dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, disamping itu juga bencana banjir yang terjadi pada beberapa kabupaten di Aceh termasuk hal yang rutin terjadi saat musim hujan. Bahkan pada tempat-tempat tertentu, banjir merupakan rutinitas tahunan.

Apalagi pada lokasi-lokasi yang tekstur tanah dengan daya serapan air yang rendah, sebab banjir juga dapat terjadi karena intensitas curah hujan lebih besar dari infiltrasi atau masuknya air ke permukaan tanah. Setidaknya ada beberapa faktor penting yang menjadi penyebab terjadinya banjir di Aceh diantaranya perambahan hutan baik illegal maupun non illegal, faktor kemiringan lereng dan ketinggian lahan suatu wilayah, faktor jenis tanah dan penggunaan lahannya, faktor kerapatan sungai dan curah hujan yang tinggi membuat suatu wilayah akan rawan bencana banjir.

Untuk mereduksi banjir yang terjadi, perlu adanya suatu perencanaan spasial, seperti pengaturan komposisi tata guna lahan dengan melakukan optimasi lahan melalui peningkatan penyerapan air berdasarkan koefisien pengaliran. Terjadi kontradiksi antara kebutuhan lahan untuk pengembangan pembangunan wilayah dengan kebutuhan lahan yang mampu menjadi penyangga air.

Untuk mengatasinya perlu suatu kajian optimasi tataguna lahan agar kedua kebutuhan tersebut dapat terpenuhi namun juga dapat mereduksi kelebihan air yang akan berakibat banjir. Disamping itu perlu dilakukan upaya partisipasi masyarakat sebagai salah satu stake holders dalam melakukan tindakan prefentif terhadap bencana banjir termasuk pelibatan dalam pengelolaan sumber daya air dan berperan aktif dalam mencegah terjadinya banjir maupun partisipasi terhadap aksi cepat tanggap ketika terjadinya banjir.

Terjadinya serangkaian banjir dalam waktu relatif pendek dan terulang tiap tahun menuntut upaya lebih besar mengantisipasinya, sehingga kerugian dapat diminimalkan. Berbagai upaya pemerintah yang bersifat struktural, ternyata belum sepenuhnya mampu menaggulanginya masalah banjir di Aceh. Penanggulangan banjir selama ini lebih terfokus pada penyediaan bangunan fisik pengendali banjir. Kebijakan sektoral, sentralistik, dan top-down tanpa melibatkan masyarakat sudah tidak sesuai dengan perkembangan global yang menuntut desentraliasi, demokrasi, dan partisipasi stakeholder, terutama masyarakat yang terkena bencana. Nah!<aswadilapang@gmail.com>

 

Pos terkait