Mie Instan Akan Loncat Naik Ketika Terjadi Kelangkaan Gandum

Foto Dokumentasi

Oleh: Dr. Basuki Ranto

Dosen Pascasarjana Universitas Suropati

Bacaan Lainnya

Mie Instan adalah makanan favorit rakyat Indonesia yang berpengasilan pas-pasan, akan tetapi mie instan juga akrab dengan kalangan menengah atas. Kenapa demikian, karena harganya  terjangkau dan cara hidangnya mudah, lengkap dengan bumbu-nya dan rasanya pas untuk lidah nusantara. Mie instan memiliki peran bukan saja pelepas lapar akan tetapi juga sebagai lauk bersama nasi bagi keluarga berpenghasilan pas-pasan. Mie instan diminati semua kalangan mulai anak-anak usia kecil, remaja, dewasa bahkan orang tua, ketika perut lapar jawaban cepat adalah masak mie instan yang praktis memasaknya dan cepat hidang dan tidak perlu merogoh kantong yang banyak.

Dilansir dari detikcom baru-baru ini muncul kabar bahwa harga mie instan dapat naik hingga tiga kali lipat. Kabar ini secara langsung disampaikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Belum selesai dengan climate change, kita dihadapkan Perang Ukraina-Rusia, dimana ada 180 juta ton gandum tidak bisa keluar, jadi hati-hati yang hobbi makan mie dari gandum, besok harganya (naik) tiga kali lipat.

Jika hal ini terjadi maka semakin lengkap derita rakyat tentang kemahalan-kemahalan yang silih berganti yang dimulai dari kemahalan kedelai sebagai bahan baku tahu-tempe, langkanya minyak goreng dan harganya yang melonjak naik. Disusul dengan harga cabe, bawang merah-putih yang melonjak dan bahan kebutuhan pokok lainnya.

Sementara masyarakat masih belum pulih dari dampak pandemi covid 19 ada yang terkena PHK sehingga kehilangan sumber pendapatan dan sedang menuju untuk mencari-cari sumber lain ditengah pasca pandemi dan longgarnya PPKM. Mie instan juga cukup familiar untuk paket bantuan baik sosial maupun penanggulangan bencana. Ketika mie instan harganya akan naik menjadi tiga kali lipat tak terbayangkan betapa berat beban masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Faktor Penyebab

Faktor penyebab dari kelangkaan gandum  bahwa kenaikan harga bisa saja terjadi karena bahan baku mi instan (gandum) sangat bergantung pada impor. Sebab sebagai mana diketahui, saat ini Rusia dan Ukraina merupakan negara penghasil gandum terbesar dunia.

Kedua negara menyuplai sekitar 30-40% dari kebutuhan gandum dunia. Dengan situasi perang saat ini, gandum menjadi langka karena pasokan terhambat.

“Saya bicara ekstrem aja, ada gandum tapi harganya mahal banget. Sementara kita impor terus,” Kata Syahrul.

Hal ini menjadi sangat penting lantaran mie instan sendiri merupakan salah satu makanan favorit orang Indonesia. Terbukti, Indonesia menempati urutan kedua daftar negara pengonsumsi mie instan terbanyak di dunia.

Data World Instant Noodles Association (WINA) per 11 Mei 2022 menunjukkan Indonesia ada di urutan dua daftar negara pengonsumsi mie instan terbanyak di dunia. Jumlahnya mencapai 13,270 juta porsi pada tahun 2021.

Selain menjadi konsumen terbesar nomor 2 di dunia, Indonesia juga memiliki sejumlah pengusaha mie instan terkemuka. Dengan bisnis yang digeluti selama ini yaitu produk mi instan usahanya menjadi tumbuh berkembang dan melaju pesat didukung oleh konsumen yang juga semakin dewasa, sehingga bisa dijadikan pasar potensial untuk produk mie instan.

Berdasarkan data Statista, Indonesia merupakan negara pengonsumsi gandum peringkat ke-14 dunia pada 2021/2022, yaitu sebanyak 10,4 juta ton. Sementara itu, negara pengkonsumsi gandum terbesar atau peringkat ke-1 adalah China, yaitu sebanyak 148,5 juta ton.

Lalu, disusul Uni Eropa 107,65 juta ton, India 104,25 juta ton, Rusia 41,5 juta ton, dan Amerika Serikat 30,97 juta ton.

BPS mencatat, angka kebutuhan impor gandum Indonesia pada tahun 2019 sebesar 10,69 ton, kemudian pada tahun 2020 sebesar 10,29 ton, dan pada tahun 2021 sebesar 11,17 ton.

Sedangkan, kebutuhan terigu nasional pada Januari-April 2022 mencapai 2,28 juta MT setara 2,93 juta ton gandum atau tumbuh -2,81 persen.

Faktor lain adalah tensi geopolitik Rusia dengan Ukraine yang meninggi juga menjadi sebuah tantangan karena mengakibatkan gejolak harga didunia yang akan terkait pula dengan akan timbul krisis pangan dan energi.

Hal tersebut tak dapat dihindari mengingat Rusia sebagai penghasil energi terbesar didunia. Sementara  Ukriana sebagai penghasil pangan terbesar dunia termasuk juga penghasil pupuk.

Hal ini yang akan menjadi tantangan Indonesia karena untuk energi dan pangan masih membutuhkan dari dua negara tersebut.

Kesimpulan

Dari beberapa uraian tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut, yaitu:

Pertama: Issue tentang kenaikan mi instan menjadi tiga kali lipat akan menambah beban kemahalan bagi masyarakat kecil yang selama ini hanya mampu memenuhi kebutuhan makan dengan mie instan, sehingga diperlukan perhatian ektra dari pengambil kebijakan.

Kedua: Kenaikan harga mie instan akan menambah sederetan kemahalan sebelumnya yaitu mahalnya minyak goreng, cabe, bawang merah-putih, kenaikan listrik, gas dan bahan pokok lainnya.

Ketiga: Faktor penyebab utama dari kenaikan ini adalah adanya kecenderungan kelangkaan gandum akibat perang Rusia – Ukraina ssbagai produsen pangan besar dunia khususnya gandum, sehingga diperlukan lobi-lobi pada tingkat dunia agar perang segera usai mengingat dampak dunia yang terjadi.

Keempat: Sebagai pengguna mie instan peringkat dua dunia, akan sangat disayangkan akan berpengaruh kepada transaksi konsumsi mie instan, sehingga diperlukan langkah-langkah bahan baku substitusi untuk mie instan sehingga mampu menekan kenaikan harga.

Kelima: Masyarakat kelas bawah tentu sangat berharap agar kenaikan harga me instan dapat dikendalikan dengan baik dan diberikan stimulus bagi masyarakat yang tidak berkemampuan melalui subsidi mie instan secara berkelanjutan sampai kondisi kembali normal terkendali. (14082022@br). [jbm]

Pos terkait