Oleh Zoelnasty
Berbicara masalah makanan tidak akan ada habisnya, karna makan adalah kebutuhan primer yang wajib dipenuhi demi kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu kuliner dan masakan tidak akan habisnya diperbincangkan apalagi di era milenial ini.
Di era milenial ini telah banyak bermunculan berbagai macam kuliner yang tersajikan ke publik, bahkan berbagai kafe, restoran, rumah makan dan atau angkringan pinggiran jalan pun banyak bermunculan dengan sajian menu khas sebagai upaya menarik pelanggan. Bahkan ada yang mempertahankan gaya tradisional dengan menampilkan ciri khas klasik kedaerahan.
Menghadapi fenomena kuliner tersebut, ternyata juga tak luput menjadi perhatian dari sosok muda Riki Harianto, pemuda Pasaman Barat yang pada tahun 2014 memijakkan kakinya di Kota Padang untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi secara mandiri. Berbagai macam pekerjaan serabutan dia tekuni agar bagaimana kebutuhan hidup dan kuliahnya terpenuhi. Mulai menjadi operator warnet, kuli bangunan bahkan tukang cuci piring di kafe – kafe ia jalani.
Bahkan pemuda ini juga memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi, terbukti di samping kuliah dan menjalani pekerjaan untuk menutupi kebutuhannya, Riki juga aktif diorganisasi kemanusiaan sebagai wakil Relawan Kolaboraksi Peduli Kemanusiaan Pasaman Barat di kota Padang. Di mana tugas mulia ini ia tekuni dengan sabar dalam mendampingi warga dhuafa dari kabupaten Pasbar yang berobat ke Padang. Sudah banyak warga Pasbar yang berobat lanjutan ke Padang, terbantu melalui tangan dinginnya.
Berangkat dari tukang cuci piring di sebuah kafe pada tahun 2015 dengan gaji Rp. 30.000 / hari inilah ia bercita-cita ingin mempunyai sebuah usaha di bidang kuliner.
Dari keseriusan dan kejujurannya bekerja di kafe tersebut, berangsur-angsur ia mendapat kepercayaan sebagai chef, manager, hingga akhirnya di awal tahun 2019 ia memberanikan diri mengontrak cafe untuk ia kembangkan secara mandiri.
Berdasarkan pengalamannya selama ini, akhirnya ia memodifikasi bukan saja makanan tapi Riki juga mencoba menampilkan minuman khas terbarunya, yaitu Teh Telur Hijau.
Kreasi terbaru anak Nagari Tuah Basamo Kabupaten Pasaman Barat ini ternyata memiliki rasa khas dan disambut baik oleh kalangan milenial bukan saja mahasiswa, tapi juga oleh masyarakat Pasaman Barat yang datang ke kota Padang, baik itu pejabat Pasbar, ASN, elit politik dan komunitas penggiat sosial juga perantau daerah lainnya. Kehadiran minuman Teh Telur Hijau ini di Kota Padang hanya bisa kita temui di Kafe Angkringan Ajen Gedung Juang 45 Taplau Padang.
Dan ternyata akhir-akhir ini ramai diperbincangkan di media sosial khususnya pegiat sosial milenial dari Pasbar.
Kafe Angkringan Ajen yang hadir dengan keunikan racikan minuman yang diolahnya sendiri tersebut, kini telah memiliki dua orang karyawan, yakni Ahmad Kholid sebagai Manager, dan Affandi sebagai chef kini semakin ramai dan menjadi idola bagi pecinta minuman hingga mampu bukan saja membiayai hidup dan kuliah Riki Harianto, tapi juga ia bisa mengkuliahkan adik perempuannya di kota Padang.
Kafe Angkringan Ajen Gedung Juang 45 Taplau Padang tersebut kini juga selain tempat bersilaturahmi masyarakat Pasbar yang berkunjungke Kota Padang, dan Posko Komunitas Kolaboraksi Peduli Kemanusiaan Pasbar, juga dimanfaatkan oleh mahasiswa sebagai tempat nongkrong dan diskusi di waktu senjang. [Red/Zoelnasti]