Oleh: DR. Basuki Ranto
Dosen Pascasarjana Universitas Suropati
Pendahuluan
Pageblug dalam bahasa jawa diartikan musibah besar yang menimpa masyarakat yang mengakibatkan sakit, kelaparan dan kematian . Dalam peritiwa dunia kita kenal dan mengalami musibah dengan Pandemi Covid 19 yang memberikan dampak dahsyat bagi semua aspek kehidupan manusia terutama kesehatan dan berimbas kepada ekonomi, sosial, politik, budaya, Agama dan aspek kehidupan lainnya yang dapat dilihat dan dirasakan bersama.
Salah satu diantaranya adalah pola kerja dari rumah (work from home/wfh) yang harus dilakukan untuk melaksanakan kegiatan bisnis bagi perusahaan atau institusi dalam memberikan layanan barang dan jasa. Tentu saja ini untuk organisasi yang masih bisa eksis, karena banyak kegiatan yang lain terhenti sebagai dampak pandemi Covid 19.
WFH adalah merupakan aktifitas para eksekutif maupun para pekerja untuk melaksanakan fungsi dan tugasnya cukup dari rumah dengan melibatkan tehnologi informasi dan mengandalkan pada jaringan. Pola kerja ini berlangsung hampir dua tahun selama pandemi dengan maksud agar membatasi penyebaran Covid 19, tanpa menghilangkan atau meninggalkan aktifitas yang menjadi core bisnis organisasi.
Dilansir dari detikfinance menyebutkan bahwa dalam kurun waktu yang cepat, pandemi Covid 19 telah mengubah cara masyarakat dunia berinteraksi, hidup, dan bekerja. Mengandalkan perkembangan teknologi digitalisasi, saat ini karyawan memiliki lebih banyak pilihan untuk menentukan di mana, bagaimana dan untuk siapa mereka ingin bekerja.
Perusahaan tentu membutuhkan talenta terbaik dan sumber daya manusia yang produktif untuk perkembangan bisnis perusahaan. Namun, pada kenyataannya perusahaan yang tidak menanggapi perubahan kebutuhan karyawan dengan memberikan pilihan dan tingkat fleksibilitas yang beragam dalam cara mereka bekerja akan merasakan dampaknya pada produktivitas dan kepuasan karyawan.
Pada awal 2022 pandemi Covid 19 sudah mulai menurun dan aktifitas ekonomi dan lainnya sudah mulai bergerak maka kegiatan bekerja telah dimulai kembali dan WFH juga mulai kendor dan bahkan pertemuan akbar diruang publik sudah mulai terbuka cenderung bebas. Penggunaan protokol kesehatanpun sudah mulai tak terbiasa bagi sebagian masyarakat yang sudah kurang peduli terhadap pentingnya ProKes.
Baru-baru ini terbetik kabar yang cukup santer bahwa ada virus baru yang sudah menyebar di Singapura dan sudah masuk ke Indonesia. Varian baru tersebut adalah XBB, XBB.1, dan BQ.1.
Tiga varian baru itu sudah masuk ke Indonesia. Subvarian Omicron XBB dan XBB.1. Hal ini yang disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Hal lain juga disampaikan bahwa berdasarkan data terkini per Jumat (4/11/2022) pukul 12.00 WIB, kasus Covid 19 bertambah 5.303 kasus dalam 24 jam terakhir. Totalnya kini mencapai 6.512.913 kasus sejak 2 Maret 2020
Terkait dengan masalah tersebut maka pola kerja WFH perlu di intensifkan kembali dan bahkan perlu dilakukan strategi melalui mendifinisikan ulang kerja jarak jauh dan hybrid (redefine remote and Hybrid work).
Redifine Remote & Hybrid Work
Human Resource Academy telah merilis tentang Human Resouces Trend 2023 dengan sebelas elemen sebagaimana sudah disampaikan dalam tulisan sebelumnya dengan judul “Human Resource Trend 2023” di Barometernews.id. Salah satu diantaranya adalah Redefining Remote and Hybrid Work
Strategi mendifinisikan kembali kerja jarak jauh (remote) dari rumah (WFH) dan hybrid adalah merupakan strategi yang menjadi trend human resource 2023 yang merupakan peningkatan dari WFH akibat pandemi Covid 19 sebelumnya dan masih efektif untuk dilaksanakan pada era new normal.
Dilansir dari glintscom, menjelaskan bahwa hybrid working lebih mencakup pada kebebasan mengenai di mana karyawan harus bekerja. Karyawan boleh menyesuaikan di mana mereka ingin bekerja apakah itu di kantor atau bekerja dari rumah.
Memang, konsep dari hybrid working adalah penggabungan dari bekerja di kantor dengan bekerja dari rumah atau lokasi lainnya.
Dengan demikian perusahaan yang menerapkan konsep ini akan memberikan keleluasaan kepada para karyawannya untuk bekerja dari mana saja.
Melalui hybrid ini karyawan boleh pbekerja di kantor tapi mereka lebih fleksibel dan tidak terpaku dengan aturan bekerja yaitu jam masuk dan keluar. Hal lain adalah karyawan juga diperbolehkan bekerja dari rumah atau tempat lain yang mereka kehendaki.
Sebenarnya konsep hybrid working sudah ada sejak lama tapi trennya dipercepat akibat adanya pandemi Covid 19.
Saat menerapkan hybrid working, perusahaan akan menetapkan hari-hari tertentu agar karyawannya masuk kerja ke kantor.
Saat di kantor, biasanya digunakan untuk rapat dan kolaborasi antar tim. Selain itu, saat ada kegiatan mentoring, pengembangan diri, atau orientasi juga diperlukan kedatangan karyawan di kantor.
Sederhananya hybrid working adalah metode yang membuat karyawan dapat bekerja dari berbagai lokasi berbeda. Pada dasarnya hybrid working atau kerja hibrida menggabungkan pilihan bekerja dari rumah dengan pilihan bekerja di kantor atau ruang publik lainnya. Dalam bentuk praktiknya, hal ini berkaitan dengan hybrid workplace yang mana sebagian karyawan bekerja dari jarak jauh, dan sebagian lainnya bekerja di kantor.
Beberapa kelebihan dengan melakukan remote & hubrid work diantaranya adalah : Kelebihan pertama dari konsep hybrid working adalah fleksibilitas yang bisa dirasakan oleh setiap karyawan.
Saat bisa bekerja di kantor sekaligus di rumah, tentunya membuat karyawan bisa memiliki lebih banyak waktu berkumpul dengan keluarga.
Selain itu, kelelahan akibat waktu perjalanan dari rumah ke kantor juga bisa berkurang saat menerapkan konsep yang satu ini. Lalu yang kedua adalah kesejahteraan karyawan juga bisa meningkat dengan menerapkan hybrid working.
Menurut Compass Offices, kesempatan bagi karyawan untuk bekerja dari rumah dapat membantu mereka dalam meningkatkan kesejahteraannya dan memiliki work life balance.
Kemudian ketiga adalah Biaya operasional perusahaan juga akan lebih sedikit jika menerapkan hybrid working karena tidak semua karyawan harus datang ke kantor.
Tentu saja juga ada kekurangan dengan menggunakan strategi ini diantaranya: Pertama adalah komunikasi. Jika ingin memiliki tim yang kompak tentunya komunikasi adalah hal paling utama yang harus diperhatikan. Sayangnya, komunikasi bisa menjadi tantangan tersendiri saat menerapkan hybrid working. Kedua adalah keterbatasan tekhnologi, tidak semua karyawan paham dengan teknologi terkini yang dibutuhkan saat melakukan kerja dari rumah.
Selain masalah kepahaman, banyak pula karyawan yang tidak memiliki gadget atau akses internet yang mumpuni. Meskipun terdengar sepele, tapi hal-hal seperti itu sangatlah berpengaruh pada produktivitas. Kemudian yang ketiga produktivitas kadang terganggu dengan urusan keluarga dirumah.
Dalam trends human resource 2023 ini khusus yang terkait dengan remote & hybrid work, selain kerja secara hybrid, banyak perusahaan juga diprediksi akan mengambil jalan tengah antara kerja di kantor dan di rumah atau kafe dengan konsep work from anywhere (WFA).
Sistem ini lebih fleksibel karena memberi ruang orang yang ingin kerja di mana saja.
Konklusi
Dari beberapa uraian sebelumnya baik terkait dengan masih bertambahnya varian baru Covid 19 dan sistem kerja dengan WFH dan trend human resources 2023 dari komponen redifine remote & hybrid work, maka dapat diambil beberapa konklusi sebagai berikut:
Pertama : Dengan terus meningkatnya varian baru Covid 19 maka kewaspadaan terhadap hal tersebut perlu tetap dijaga dengan prokes dan antisipasi lainnya agar tidak terdampak.
Kedua : Pola kerja melalui WFH selama masa pandemi Covid 19, banyak memberi manfaat baik terhadap pencegahan maupun keberlangsungan aktifitas dengan menyandingkan tekhnologi dalam operasional, sehingga perlu dilanjutkan dengan pola kerja yang lebih baik dan produktif.
Ketiga : Dalam menghadapi trend human resource 2023, penting dilakukan strategi mendifinisi ulang remote & hybrid work , dengan melibatkan tekhnologi yang terus diperbaharui.
Keempat : Terdapat beberapa kelebihan dengan kerja jarak jauh dan hybrid baik dari segi fleksibilitas, kesejahteraan pegawai dan biaya operasional perusahaan bisa berkurang. Namun juga ada kekurangan terkait dengan komunikasi Tim, kurang siap merespon tekhnogi dan produktifitas yang sering terganggu karena keluarga namun semua ini bisa diminimalisir. (10112022@br) [jbm]