Potret UMKM Pidie Jaya : Hidup Segan Mati Tak Mau

Foto Dok. CM

Barometernews.id | Pidie Jaya, – Pelaku UMKM di Pidie Jaya nyaris tak ada sentuhan dan kepedulian sama sekali dari Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya, untuk melakukan pengembangan usaha kecil menengah yang sudah mereka tekuni selama bertahun-tahun, bak kata pepatah “hidup segan matipun tak mau.”

Hal itu terungkap dari hasil penelusuran wartawan media ini yang berhasil mewawancarai beberapa pelaku UMKM di Kabupaten Pidie Jaya, beberapa hari yang lalu.

Bacaan Lainnya

Salah satu pelaku UMKM yang di wawancarai adalah Amin, Produsen Sepatu Kameuri Made In Atjeh di Komplek terminal Meurah Dua Kabupaten Pidie Jaya.

Awalnya, Amin membuka usaha sepatu di Kecamatan Bandar Dua Pidie Jaya, Selama membuka usaha disana Alhamdulillah omset penjualannya mencapai 2-5 juta perhari selain dari orderan toko sepatu dari berbagai daerah di Aceh.

“Selama buka usaha di komplek terminal Pidie Jaya, usaha saya sepi pelanggan, mungkin karena letaknya tidak strategis dan terminalpun belum berfungsi, jadi sedikit sekali orang yang melintasi, hanya langganan-langganan lama saya saja yang datang membeli sandal dan sepatu,” Ujar Amin.

Pada dasarnya saya masih ingin bertahan di Kecamatan Bandar Dua, tapi karena ada ajakan dari Pemerintah Daerah untuk menempati toko yang kosong di area terminal, sayapun hijrah dari Ulegle ke Meurah Dua.

“Saya pernah dijanjikan modal usaha untuk pengembangan usaha sepatu Kameuri, sayapun tertarik, selain untuk pengembangan usaha saya bisa melatih pemuda-pemuda di Kabupaten Pidie Jaya untuk menjadi tenaga terampil yang punya skil di bidang produsen sandal, sepatu, tali pinggang dan dompet kulit,” Kata Amin.

Amin, bercita-cita ingin menjadikan Pidie Jaya sebagai Cibaduyut 2 yang terkenal dengan produksi sandal dan sepatu serta berbagai produksi bahan kulit lainnya.

Tapi apa hendak dikata, dukungan dan kepedulian dari Pemerintah Daerah tidak ada, sehingga pelaku UMKM di Pidie Jaya semakin tak berdaya, kata dia.

Amin, tidak terkendala dengan pemasaran, karena dia mempunyai jaringan marketing dibeberapa Kabupaten Kota di aceh, bahkan sampai ke Medan Sumatra Utara, yang menjadi kendala saya saat ini modal usaha untuk pengembangan produksi sandal dan sepatu, katanya.

Ketua Dewan UKM Pidie Jaya, Cut Nurliana, S.E, Ak mengatakan, umumnya pelaku UMKM di Pidie Jaya rata-rata mereka punya potensi yang cukup menjanjikan untuk di kembangkan, tapi sayangnya pemerintah daerah belum maksimal mengupayakan pengembangan disektor UMKM.

Pemerintah daerah harus lebih berperan aktif dan sudah saatnya melakukan pendataan sejumlah pelaku usaha UMKM di Kabupaten Pidie Jaya untuk mempercepat gerak mereka dalam mengembangkan usaha, kata Cut Nurliana.

Dikatakannya, Berbagai cara harus dilakukan seperti dukungan dari segi regulasi, perpajakan, mempermudah perizinan, jangkauan akses pasar yang luas dan pendanaan dengan bunga ringan.

Dukungan ini tentu saja untuk dapat membantu memperlincah gerak UMKM dalam mengakses pasar global yang penuh tantangan, katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, peran pemerintah daerah untuk menampung hasil dari pelaku UMKM tidak ada, jadi mereka terkendala dengan pemasarannya.

“Kemudian tidak adanya pusat promosi, penentuan harga pasar, tidak adanya keterbukaan pemerintah, tidak saling bersinergi dengan pelaku dan lembaga UMKM dan kurang tepat sasaran bantuan yang diberikan.”

Sementara itu Kepala Disperindagkop dan UKM Kabupaten Pidie Jaya, H.M Nasir S.Pd, mengatakan, pihaknya selama ini sangat aktif membina UKM yang ada di Pidie Jaya, kata mantan guru ini.

Tapi sayangnya justru UKM yang tidak ada pembinaan dan bantuan dari pemerintah lebih cepat berkembang dan maju usahanya, Kata Kadis Disperindagkop dan UKM Pidie Jaya saat  Barometernews konfirmasi lewat selular. [CM]

Pos terkait