Qaulan Karima: Menggugah Kesadaran Insan ditengah Pandemi Covid-19

Foto Ilustrasi

Bagian Keenam

Oleh : Karyadi el-Mahfudz, S.Th.I, MA

Bacaan Lainnya

Siapapun kita tak pernah tahu bagaimana pandemi Covid -19  akan panjang merangsek kedalam sendi-sendi kehidupan kita, bagaimana tidak virus yang hadir di penghujung 2019 sampai pertangahan 2021 belum  menandakan akan berakhir malah cenderung bermetamorfosis dengan  penyakit bawaan manusia yang dapat mempercepat kematiannya. Tatanan kehidupan new normal pun tetap dibayang-bayangi rasa was-was yang berkecamuk tidak hanya Pemerintah Pusat dari Presiden sampai ujung tombaknya  yaitu RT dan RW atau secara personal sekalipun harus mampu beradaptasi secara cepat dan tepat, terlebih anak-anak kita sebagai generasi harapan bangsa saat ini mengalami penurunan pembelajaran cukup drastis.

Foto Ilustrasi

Kementerian Pendidikan dibuat sibuk mengatur ritme bagaimana model merdeka belajar yang diusungnya benar-benar belajar nyaris tanpa terkendali, engga pake gedung, engga pake seragam, engga pake transportasi, cukup belajar ‘daring’ dari rumah bahkan sesekali ‘luring,’ walau penyalah gunaan belajar via online orang tua banyak dibuat kecele dengan tingkah anaknya yang sepintas kelihatan belajar namun jika kita cek banyak waktu habis untuk main games online.

Dalam akun istagram resminya Badan Penelitian, Pengembangan, dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menekankan pertama, sebagai orang tua harus memastikan anak belajar daring dengan aman, kedua memberi semangat anak untuk belajar secara daring, ketiga menghubungi guru atau Dinas Pendidikan setempat untuk menemukan solusi yang tepat, artinya sinergi dan bahu membahu menyelamatkan pendidikan anak kita tetap mengikuti protokoler kesehatan saat beraktifitas, jaga imun yang bermuara pada tingkat mawas diri kita terhadap ketentuan medis, jaga iman yang tertumpu pada spiritualitas kita yang harus terjaga dan istiqomah menghadapi pandemi Covid-19 ini.

Kebayang sudah bagaimana orang tua dirumah harus punya skill multitalent, sebagai ‘parents’ udah pasti menyiapkan keperluan anaknya, nah tugas beratnya sebagai ‘teacher’ yaitu guru langsung buat anak-anaknya ini yang sedari awal tidak merasa akan begini jadinya, harus menemani buah hati mengikuti daring, mengerjakan tugas, mengingatkan belajar bahkan ikut larut seakan-akan orang tua lagi belajar sekolah lagi. Ohh betapa Guru itu tugasnya begitu banyak dan selalu ramah dengan anak-anaknya, selalu sabar dengan tingkah laku anak didiknya, kini orang tua merasakan betul setelah hampir dua tahun membimbing anaknya belajar dirumah.

Ucapan orang tua pun harus lebih dewasa, mampu mengajarkan kata ‘qaulan karîma’ (perkataan yang mulia) pada anak-anak dimana kata qaulan karîma jika kita telaah mengandung maksud perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama, kini kita sebagai orang tua  sedang ditarik pada kehidupan masa kecil kita, bagaimana perkataan yang baik dan benar wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orang tua. Kita dilarang membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka. Qaulan karîma jadi pilihan dan harus digunakan khususnya saat berkomunikasi dengan kedua orang tua atau orang yang harus kita hormati terlebih jika kita mampu mengenang jasa kedua orang tua kita, betapa diri kita banyak dosa pada tangan-tangan penuh cinta kasih merawat dan mengajarkan kehidupan dari kecil hingga dewasa seperti sekarang ini, Allah berfirman dalam surah al-Isra’ ayat 23  yang artinya ;

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”

Hukum kausalitas akan kentara dalam derap langkah kegidupan yang kita retas, tatatakrama pergaulan antar manusia dalam kehidupan yang real tergambar dalam ayat ini yang menyatakan, “Dan Tuhanmu telah menetapkan dan memerintahkan agar kamu wahai sekalian manusia jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dan mereka berada dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu menyakiti keduanya, misalnya dengan mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”, yakni perkataan yang mengandung makna kemarahan atau kejemuan, dan janganlah engkau membentak keduanya jika mereka merepotkan kamu atau berbuat sesuatu yang kamu tidak menyukainya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia, yakni perkataan yang baik, yang mengandung penghormatan dan kasih sayang.”

Maka raba dalam kehidupan kita masa lalu jika ditarik dalam kehidupan kita saat ini dimana kita sudah mempunyai keturunan, begitu nampak kesalahan-kesalahan kita  kepada kedua orang tua kita, belum ada kata terlambat untuk sebuah nasehat karena hakikatnya agama adalah nasihat, jadi harusnya disepanjang jalan kehidupan ini kita  dipenuhi dengan kata-kata penuh bijaksana dan syarat makna, bukan ? []

Pos terkait