Rasulullah Saja Romantis !

Foto Roni Haldi

Oleh : Roni Haldi

(Penulis Buku dan Bekerja di Kankemenag Aceh Barat Daya)

Bacaan Lainnya

Islam adalah agama yang universal dan komfrehensif. Islam tidak melulu soal ibadah atau pembahasan halal dan haram saja. Tetapi Islam juga mencakup seluruh aspek dalam kehidupan, nikah salah satunya. Menikah tidaklah hanya dipahami sebagai ajang pakai-memakai atau serah terima. Menikah itu seni dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Nikah itu unik. Hingga dalam Al Qur’an ditemukan sebanyak 70 Ayat yang secara spesifik mengulas tentang keluarga. Menurut pakar Hukum Islam, Abdul Wahhab Khallaf mengatakan banyak konsep dan berbagai teori ditawarkan dalam menata dan membina rumah tangga, salah satunya adalah romantis.

Apa itu romantis? Romantis sering dikaitkan saat manusia memposisikan perasaan sebagai unsur paling dominan. Tak sedikit orang melengketkan kata romantis dengan cinta. Jadi, hubungan romantis adalah setiap hubungan yang dilakukan pasangan masing-masing yang dilandasi rasa cinta yang sungguh-sungguh bukan basa-basi.

Romantis dalam sebuah hubungan, khususnya dalam berumah tangga sangatlah penting. Dan hal itu semua telah lebih dulu dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan rumah tangganya, diantaranya adalah :

Pertama, Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat romantis yang dibuktikan dengan tutur katanya.

Rasulullah SAW juga pernah memanggil Aisyah ra dengan julukan Humaira. Humaira artinya wanita yang berkulit putih, menurut Ibnul Atsir Rahimahullah dalam An Nihayah.

Siapa perempuan di dunia ini, yang tidak terharu ketika dipanggil mesra oleh pasangannya? Tentu saja akan tersipu-sipu malu dan makin tambah sayang dengan pasangannya.

Kedua, Rasulullah SAW membantu istri-istrinya dalam menjalankan pekerjaan rumah tangga. Padahal Rasulullah memiliki kesibukan dan mobilitas yang sangat tinggi sehari-hari.

Ketiga, Rasulullah SAW tidak hanya menggunakan panggilan mesra dan sayang saja. Tetapi juga sering mengajak pasangannya, untuk jalan-jalan romantis di malam hari. Sambil berbincang-bincang. Sebagaimana sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, “Ketika datang waktu malam. Beliau, Rasulullah saw berjalan bersama dengan Aisyah radhiyallahu’anha, dan berbincang-bincang.”

Keempat, Rasulullah SAW sangat peduli dan memberi perhatian khusus terhadap istrinya dan sering memberikan kecupan sayang kepada istrinya. Sebagaimana sebuah hadis riwayat Abdul Razaq yang artinya:

“Bahwasanya suatu hari Rasulullah SAW ingin berangkat ke masjid. Sebelum melangkah keluar, beliau sempatkan untuk mencium mesra istrinya. Aisyah ra menceritakan, “Rasulullah saw menciumku, kemudian beliau pergi ke masjid untuk salat tanpa memperbaharui wudhunya.”

Tak hanya kecupan, Rasulullah SAW juga pernah makan satu piring berdua dengan istrinya. Makan berdua satu piring, adalah bagian dari cara dalam menjaga kemesraan berumah tangga. Begitu juga minum satu gelas berdua.

Sebagaimana yang dikisahkan oleh Siti Aisyah ra “Saya minum air pada sebuah gelas dalam kondisi haid, kemudian saya menyerahkannya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam. Tiba-tiba Rasulullah menaruh bibirnya persis di bekas tempat saya minum. Saat saya makan sepotong daging, kemudian saya serahkan sisanya kepada Rasulullah, Beliau juga menaruh bibirnya persis di bekas gigitan saya,” (HR. Ibnu Hibban).

Rasulullah SAW juga bersenda gurau dan bermain dengan istrinya.

Bahkan dalam Shahih Bukhari disebutkan pengakuan langsung dari Zaid bin Tsabit, ia berkata tentang Rasulullah SAW “Beliau orang yang suka bercanda dengan istrinya.”

Renungkanlah, perempuan itu seperti kopi, jika engkau abaikan, ia menjadi dingin, sampai dalam hal cita rasanya. Saat perempuan diam di depan orang yang ia cintai, maka muncullah banyak kata dalam bentuk air mata. Perempuan itu, pada mulanya takut untuk mendekatimu, namun pada akhirnya, ia menangis saat engkau menjauh darinya. Sedikit sekali orang yang memahaminya. Perempuan bernama istri butuh perhatian dan mesti diperhatikan.

Cinta adalah kunci sebuah keharmonisan hubungan dalam berumah tangga. Salah satu aspek penting dalam cinta adalah romantis. Cinta tanpa sebuah keromantisan bagaikan kopi tanpa gula. Adanya cinta dan keromantisan dalam sebuah hubungan atau rumah tangga, akan menjauhkan dari sebuah pertengkaran. Cinta yang berbalut keromantisan akan menghadirkan sakinah untuk meneguhkan keharmonisan.

Aisyah ra berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. At Tirmidzi).

Rasulullah saja romantis. Bagaimana dengan kita? Rangkaian romantisme yang dicontohkan oleh Rasulullah saw umumnya didominasi oleh hadits yang bersifat fi’liyyah bukan qauliyyah. Konkret bukan ilusi yang dijadikan bahan cerita belaka. Seluruh praktek romantis Rasulullah diceritakan kisahnya bukan oleh kebanyakan orang di zaman millenial sekarang lewat tayangan Intertaiment atau yang diumbar lewat status pada media sosial. Maka sangat tepat praktek romantis Rasulullah SAW kita jadikan solusi membentengi rumah tangga dari segala potensi konflik yang berujung perpisahan perceraian. Romantis itu bukan aib, karena tak perlu diumbar dipertontonkan. Romantis itu tidak mahal, karena cukup dengan hal sederhana namun berkesan dalam. Romantis itu bukan basa-basi pemanis dibibir, tapi datang dari lubuk hatimu yang paling dalam. Romantis itu kesalingan antara suami istri, bukan bertepuk sebelah tangan. [Red/Sud]

Blangpidie, Aceh Barat Daya/ 11 Januari 2020

Pos terkait