Sentuhan Hati Dapat Mengubah Perkembangan Karakteristik Anak

Foto Nani Fitriah dan anak didiknya

Oleh Nani Fitriah
Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Aceh Jaya dan Guru SDN 13 Sampoiniet.

Hari ini kali pertama saya berada ditempat tugas yang baru, teman baru, suasana baru dan lingkungan baru. Saya memasuki sebuah ruangan kelas, karena saya adalah seorang guru sekolah dasar yang letaknya cukup jauh dari pusat ibukota dan bisa dibilang didaerah pelosok.

Bacaan Lainnya

Saya dipercaya untuk mengajar dan mendidik di kelas tiga. Sungguh mengejutkan ketika pertama kali saya memasuki kelas yang terdiri dari 7 orang siswa – siswi ini. Yang konon katanya paling banyak masalah dibanding  kelas lain. Banyak saya temukan kekurangan pada mereka, baik dari segi kedisiplinan, kurangnya pemahaman akan materi pelajaran, dan tingkah laku yang masih perlu diperbaiki.

Mereka anak didik yang memiliki banyak ragam masalah dan tentunya berbeda-beda karakteristiknya. Awal mula mengajar, mereka acuh dan bahkan tidak menerima saya sebagai guru baru mereka. Seperti kata pepatah “Tak Kenal Maka Tak Sayang,” maka saya berusaha untuk bisa mendekati mereka lebih jauh lagi.

Diantara anak didik saya ini ada yang belum bisa membaca, berbahasa yang kurang elok bahkan terbilang  kasar, dan sangat asing ditelinga saya. Yang lebih parah lagi fungsi meja dan kursi yang salah mereka pergunakan.

Hanya bisa terpaku diam, tak terasa  air mata menetes melihat perilaku mereka. Terlintas di benak saya “Mau jadi apa mereka kelak dewasa nanti ?” Mereka adalah  generasi  muda yang kelak  akan membawa perubahan dan kemajuan negara ini. Allahu Akbar !

Hari kedua saya bertugas pun tiba. Saya kembali mengajar dan memberikan materi pelajaran sebagaimana yang tersusun rapi dalam roster pelajaran. Seperti biasa mereka tetap dengan tingkah laku mereka seperti sebelumnya. Hanya satu siswi yang bisa menyelesaikan tugas pelajaran yang saya berikan.

Bel pun berbunyi tanda belajar mengajar selesai. Saatnya kembali ke rumah masing-masing. Di perjalanan pulang sambil mengendarai motor pikiran saya berkecamuk, hati saya resah, matapun berkaca-kaca. Pertanyaan pun muncul di pikiran saya “Bagaimana caranya membuat mereka berubah, terutama perilaku mereka ?”

Saat tiba dirumah saya bergegas berdoa meminta pertolongan Allah SWT untuk perubahan mereka.

Dengan berbekal disiplin  ilmu yang saya dapat dari tempat saya menuntut ilmu dulu dan dari pengalaman, hari ketiga pun datang. Dan yang pertama kali saya lakukan adalah  mencari informasi tentang mereka, mulai dari latar belakang mereka, lingkungan, teman sebaya dan orangtua mereka.

Saya mulai pendekatan dengan memberikan pelajaran yang menarik untuk membangkitkan minat belajar mereka. Mulai dari bernyanyi, tanya jawab tentang materi pelajaran hingga hal yang umum, serta memberikan motivasi dengan sentuhan verbal maupun non verbal.

Dengan sentuhan manja, kasih sayang, pelukan hangat di sertai dengan ucapan sanjungan dan kata-kata nasehat, Alhamdulillah saya mendapat respon yang tak di sangka – sangka dari mereka. Ternyata benar seperti kata pepatah “Sentuhlah hatinya maka akan mudah dalam genggaman.”  Anak didik yang tadinya malas menulis sudah mau menulis, yang sering berbahasa kurang sopan kini sudah menunjukkan kearah yang lebih baik dan yang suka menyalahgunakan fasilitas kelas kini mulai mengerti fungsi benda tersebut.

Saya terus mencoba membuka pelajaran dengan tanya jawab pada setiap anak sambil menggali informasi tentang keseharian mereka di luar lingkungan sekolah.

Mereka yang kurang disiplin hadir disekolah disebabkan karena tiga faktor, pertama mereka diajak untuk membantu orangtuanya yang bekerja sebagai petani diperkebunan sehingga tidak masuk sekolah . Kedua karena kurangnya motivasi dan dukungan orangtua terhadap pentingnya pendidikan.  Ketiga karena keterbatasan ekonomi orang tua yang pada umumnya bekerja sebagai petani, sehingga ketika tidak uang saku untuk diberikan kepada anaknya mereka memutuskan untuk tidak kesekolah.

Terjawab pula pertanyaan mengapa masih ada anak yang kurang paham dalam pelajaran dan tidak bisa membaca, ternyata karena faktor bimbingan dan perhatian dari orangtua yang belum maksimal. Sebagian orangtua juga ada yang tidak bisa membaca dan tidak mau mendampingi disaat anak berada dilingkungan tempat tinggal mereka, terlepas dari kemampuan anak masing-masing yang terkadang dalam perkembangan mereka ada yang lambat dan cepat.

Kemudian kembali terjawab pertanyaan tentang kesadaran untuk kebersihan diri sendiri, lingkungan mereka tinggal dikelilingi oleh perkebunan dan sungai yang airnya bisa dibilang kurang jernih dan bahkan berwarna keruh (kekuningan) karena dasar tanah daerah tersebut berwarna kekuningan. Dan terkadang kurangnya perhatian orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga untuk keperluan dan kebutuhan perlengkapan seragam sekolah mereka dipersiapkan sendiri apa adanya.

Dan yang terakhir mereka terbiasa berkata kurang sopan, terjawab pula karena faktor lingkungannya. Mereka meniru perkataan orang dewasa, teman bahkan perkataan orangtuanya, bahasa yang tidak tertata sehingga kebiasaan yang mereka dapat dan peroleh dari lingkungan terbawa hingga kesekolah.

Dan itu menjadi tantangan dan ujian bagi saya pribadi, “Apakah mereka akan berubah atau tidak ?” Butuh waktu berapa lama untuk mengubah kebiasaan yang kurang baik itu ?”

Saya optimis bahwa Allah SWT mempercayakan saya untuk mendidik  anak-anak yang spesial ini. Dan ternyata saya bisa mengubah kebiasaan mereka dari yang kurang baik menjadi lebih baik, meski butuh waktu dan  kesabaran yang super ekstra tinggi, dengan kelembutan, kasih sayang, perhatian, pelukan, dan sanjungan.

Tempatkan mereka di lubuk hati yang paling dalam sebagaimana anak kandung sendiri, alhasil sungguh luar biasa, saya bangga dengan perubahan mereka kini. Ternyata mereka bisa menjadi apa yang diharapkan. Tidak ada yang tidak mungkin. Tiada anak yang bandel. Tidak ada perilaku dan kebiasaan yang tidak bisa dirubah.

Sentuhan kasih sayang, cinta, perhatian, manja, dan pelukan bisa merubah perilaku anak-anak kearah yang lebih baik. Nah. Mari!

Pos terkait