Barometernews.id | Pasbar, – Sholat Idul Fitri 1443 H di Giri Maju meskipun dibawah guyuran hujan, terlihat masyarakat tetap mengikutinya dengan khusu’, tertib dan meriah.
“Mari sambut 1 Syawal dengan menyempurnakan hubungan kita dengan tetangga dan lingkungan sekitar. Kita ingat-ingat ada orang yang pernah kita sakiti, kita datangi dan halal bihalal,” Demikian disampaikan oleh Khatib Sholat Ied, Ustadz Suarman pada isi khutbah nya.
Pagi kemarin, Senin (02/5) ratusan masyarakat Nagari Persiapan Giri Maju Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Dua Kabupaten Pasaman Barat meskipun hujan masih mengguyur, terlihat umat Islam Giri Maju tetap hadir memadati Masjid Nurul Ikhwan untuk mengikuti Sholat Idul Fitri 1443 H.
Berdasarkan pantauan media ini di lokasi, ratusan orang yang terdiri dari anak-anak hingga kaum lansia terlihat antusias mengikuti Sholat Ied.
Dari banyaknya masyarakat yang datang, rata-rata membawa peralatan sholat pribadi. Tidak ketinggalan mereka yang datang tetap mengikuti prokes Covid 19 sesuai kondisi saat ini.
Di sisi lain, beberapa masyarakat juga terlihat melakukan swafoto untuk mengabadikan momen bersama dengan keluarga sebelum sholat Ied dilaksanakan.
Sejumlah remaja Masjid bertindak sebagai panitia terpantau mengatur jamaah di pintu masuk dan parkir kendaraan jamaah yang telah dipersiapkan di sisi jalan.
Sebelumnya terkait sholat Idul Fitri di Masjid Nurul Ikhwan Pengurus Masjid mengimbau masyarakat untuk dapat hadir satu jam sebelum sholat yang akan digelar pada Senin (02/5) pukul 07.00 WIB. Namun karena sejak pagi Giri Maju terus diguyur hujan, akhirnya Sholat Ied dapat dilaksanakan sekitar pukul 08.00.wib.
“Kami menganjurkan agar jemaah sudah tiba di lokasi pukul 07.00 WIB. Namun karena hujan terus mengguyur di Giri Maju, maka sholat id dapat dimulai pada pukul 08.00 wib. Sambil menunggu jamaah yang lain tiba, takbir tetap dilaksanakan sejak pagi hingga sampai pukul jam 08.00 WIB saat Salat Ied akan dimulai,” Ucap salah seorang pengurus.
Ibadah puasa ramadan 1443 H telah menuju akhir dan tuntas. Hal ini menjadi penanda masuknya bulan Syawal. Demikian disampaikan oleh Khatib, Ustadz Suharman saat mengajak untuk mengingat kembali keistimewaan puasa sebelum menyempurnakan ibadah di hari suci.
“Man shama Ramadhana iymanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min zanbih.”
Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ampunan Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya di masa lalu,” (HR. Bukhari).
“Baru puasa saja nabi telah memberikan jaminan diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang,” Tutur Ustadz Suharman.
“Itu sebabnya akhir Ramadhan masuk bulan Syawal kita peringati dengan kalimat atau istilah Aidil Fitri atau hari yang suci (kembali suci),” Terangnya.
Dikatakannya, dengan berlalunya ramadan, dosa telah diampuni oleh Allah SWT. Namun, perlu dicatat bahwa dosa yang diampuni di bulan Ramadan adalah dosa yang berhubungan dengan Allah SWT. Sementara dosa dengan teman kerja, keluarga, pasangan (istri atau suami), belumlah diampuni sebelum yang kita meminta maaf sama yang bersangkutan.
Oleh karena itu, menyempurnakan kesucian di bulan Ramadhan, masuk 1 Syawal umat muslim dianjurkan untuk menyambung tali persaudaraan yang putus.
“Kita umat Islam punya tradisi yang disebut halal bi halal, yang tadinya tidak halal menjadi halal dan sebelum masuk 1 Syawal, umat muslim menyempurnakan kemuliaan dengan membayar zakat fitrah,” Terangnya.
“Hubungan ibadah mahdlah alhamdulillah sudah baik, tapi jangan puas. Mari sempurnakan dengan menjadi manusia bermanfaat,” Imbuhnya.
Seperti hadist “Khoirunnas anfauhum linnas” yakni sebaik-baik manusia di antara kalian adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Menjadi manfaat ini tidak harus secara materi tetapi juga bisa dengan tutur kata yang baik, akhlak yang baik, tidak mengganggu tetangga, itu bagian dari kesempurnaan akhlak dan memberi maaf.
“Di hari yang penuh kemenangan dan fitri ini, kita juga berbahagia dapat melaksanakan ibadah salat Idul Fitri, mari kita jadikan perjalanan iman kita dengan belajar, bahwa betapa berharganya suatu kebersamaan, keberkahan dari silaturahmi secara tatap muka, dan menjadi introspeksi untuk menjadi generasi umat yang lebih baik untuk saling memberi maaf,” Tuturnya mengakhiri. [Zoelnasti]