Taqwa itu…

Foto Ilustrasi

Oleh: Abd Misno

Takwa adalah kalimat yang selalu didengar dalam khutbah yang disampaikan oleh khatib jumat, bahkan ia menjadi rukun dalam khutbah jumat. Para khatib selalu berwasiat dengan takwa yang bermakna melaksanakan seluruh perintah Allah ta’ala dan meninggalkan semua yang dilarangNya. Membahas tentang takwa memang tidak ada habisnya, karena sifat dari manusia yang menjadi tempat salah dan lupa. Sehingga, selama manusia masih ada maka wasiat takwa akan selalu menjadi hal utama.

Bacaan Lainnya

Takwa itu dipahami dengan banyak makna oleh setiap manusia, walaupun esensinya adalah sama yaitu tunduk dan patuh terhadap syariahNya. Saya sendiri selalu menyampaikan kepada jamaah jumat ketika saya berkhutbah dengan memberi makna yang sesuai dengan pemahaman saya, yaitu “Mengoptimalkan seluruh potensi jiwa dan raga kita untuk mendapatkan ridha dari Allah Azza wa Jalla”.

Pemahaman terhadap makna ini didasarkan pada proses takwa yang melibatkan seluruh potensi manusia, baik yang bersifat fisik ataupun spiritual. Sehingga takwa itu akan didapatkan ketika kita mampu mengoptimalkan, memaksimalkan dan mengerahkan seluruh potensi yang ada untuk beribadah (menghamba) kepada Allah Ta’ala dengan tujuan keridhaanNya. Potensi manusia sendiri berbeda-beda sesuai dengan keadaan mereka masing-masing, biasanya yang memahami potensi adalah diri mereka sendiri. Walaupun terkadang perlu juga bimbingan dari orang lain, agar potensi yang dimilikinya bisa dioptimalkan.

Membahas tentang potensi diri manusia yang berbeda-beda meniscayakan adanya “jalan” atau “cara” yang berbeda dalam mendapatkan ridha dari Allah Ta’ala. Hal ini terkait dengan kekhasan dari ibadah masing-masing orang yang mungkin berbeda dalam makna jenisnya. Misalnya seseorang banyak beribadah dalam bentuk shalat, sementara yang lainnya lebih nyaman dalam puasa, ada yang lainnya lagi bersedekah, demikian pula ada yang berdakwah menyebarkan kebajikan. Masing-masingnya juga bisa lebih dirinci lagi, misalnya dalam berdakwah Sebagian berceramah, Sebagian lagi menulis, Sebagian lagi dengan melakukan profesi yang memiliki nilai dakwah. Maka semua itu adalah potensi yang ada pada diri manusia yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya.

Maka, takwa adalah melaksanakan berbagai aktifitas baik ibadah ataupun keduniaan dengan penuh kesungguhan dengan satu tujuan mendapatkan ridha Ar-Rahman (Allah Ta’ala). Sehingga masing-masing orang memiliki potensi yang berbeda-beda, selama diniatkan untuk beribadah, dilaksanakan di bawah syariah dan ditujukan untuk mendapatkan ridha Ar-Rahman itu menjadi ibadah yang apabila dilakukan secara optimalan adalah manifestasi takwa yang diharapkan.

Sehingga mari kita terus mengoptimalkan seluruh potensi jiwa dan raga kita dalam melaksanakan seluruh aktifitas, baik aktifitas ibadah ataupun muamalah. Pelaksanaan yang sungguh-sungguh dengan diniatkan ibadah menjadi implementasi takwa yang sebenarnya. Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan hidaya dan inayah ketakwaan sehingga kita mampu mendapatkan ridha Ar-Rahman. Wallahu a’lam. 29082022.[]

Pos terkait