Barometernews.id | Langsa, – Peringatan Hari Bersih-bersih Sedunia (World Clean Up Day) setiap pekan ketiga bulan September menjadi alarm bagi masyarakat agar kembali mencintai dan merawat lingkungannya.
Hari Bersih-Bersih Sedunia adalah aksi sosial global tahunan yang mengajak masyarakat di seluruh dunia untuk turut membersihkan dan menjaga kebersihan bumi terutama limbah sampah padat.
Lingkungan dimaksud meliputi pekarangan rumah, permukiman gampong, pasar, bahkan daerah aliran sungai yang kerap menjadi tempat penumpukan sampah.
Di era pandemi seperti ini dimana protokol kesehatan menjadi acuan perilaku dan tindakan keseharian harusnya diperkuat dengan budaya kebersihan diri dan lingkungannya.
Namun persoalan budaya hidup bersih memang membutuhkan proses penyadaran yang panjang agar bisa menjadi kebiasaan rutin dalam benak individu masyarakat.
Demikian ungkap Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Kota Langsa Dr. Zulfitri, MA.
Kegiatan penyadaran lingkungan yang getol dilakukan pemerintah tak banyak berarti tanpa adanya partisipasi publik yang didasarkan kesadaran kolektif masyarakat.
Seyogyanya pemerintah daerah bersikap lebih tegas melakukan intervensi dalam menggalakkan perilaku hidup bersih masyarakat hingga tingkat gampong-gampong.
Selama ini kegiatan gotong royong massal/ pembersihan lingkungan terkesan hanya menjadi partisipasi aparatur sipil negara dan perangkat gampong dalam implementasinya.
Dibutuhkan upaya pelibatan secara lintas sektoral dan menyentuh akar rumput simpul-simpul masyarakat, sehingga proses penyadaran tidak menjadi sebatas seremoni belaka.
Selanjutnya, tak kalah pentingnya untuk melahirkan kader penggerak lingkungan melalui penguatan institusi pendidikan dan perluasan gampong yang berbasis adiwiyata. [DS]