World Cup Qatar Sebagai Soft Power Ekonomi Dunia (Sebuah Catatan Kecil Piala Dunia)

Foto Dokumentasi

Oleh : DR. Basuki Ranto

Dosen Pascasarjana STIE Mulia Pratama

Bacaan Lainnya

Kejuaraan dunia dalam sepak bola (World Cup) di Qatar sudah usai dan meninggalkan kenangan yang luar biasa bagi peserta kejuaraan dan bahkan dunia mengaguminya akan kesegalaan Qatar sebagai penyelenggara yang punya gawe sekaligus tuan rumah pesta sepak Bola dunia dimaksud.

Hampir satu bulan penuh yaitu mulai awal November sampai jelang akhir minggu ketiga Desember Qatar sebagai pusat perhatian dunia.

Semua masyarakat baik anak, remaja, dewasa, lapisan atas, menengah sangat menikmati tak terkecuali lapisan bawah mungkin banyak yang tidak bisa menikmati (khususnya Indonesia) karena kebijakan pemerintah menghapus siaran TV konvensional dan berpindah ke digital yang memerlukan peralatan khusus untuk bisa menjangkau siaran.

World Cup di Qatar seolah mampu menghipnotis permasalahan yang dihadapi dunia baik berkait kepada resesi, krisis, reflasi, inflasi, dan berbagai masalah yang dihadapi dunia bahkan perang Rusia-Ukraina, karena perhatian fokus pada perhelatan bola dunia yang terselenggara empat tahun sekali.

Dalam tulisan ini tidak akan membahas masalah tehnis dan aktifitas Sepak Bola namun akan lebih menyampaikan tentang peran Qatar dalam World Cup terkait kepada posisi strategis dunia.

Sekilas Qatar dalam World Cup

Qatar adalah negara kecil seluas 11.586 kilometer persegi – hampir sama dengan provinsi Banten — dengan jumlah penduduk 2,9 juta jiwa, 85-88 persennya adalah imigran. Penduduk aslinya hanya sekitar 300.000-an. Negeri ini mempunyai cadangan minyak 15 milyar barel. Selain minyak, Qatar adalah salah satu negara dengan cadangan gas alam terbesar di dunia: 2,4 triliun meter kubik. Cadangan gas alam Qatar hanya kalah dari Rusia (38 triliun meter kubik) dan Iran (32 triliun meter kubik).

Negara seluas Provinsi Banten ini sangat mengandalkan tenaga kerja asing. Pekerja migrannya mencapai 86% dari total tenaga kerja yang ada. Dengan kondisi seperti itu, Qatar sering dijuluki sebagai negara “konfederasi serikat dagang internasional” dengan basis produksi minyak dan gas.

Sebagai negara yang amat kaya, tulis majalah The New Yorker, Qatar menggelontorkan uang 200 Milyar USD untuk World Cup. Tapi biaya mahal Word Cup tersebut terkompensasi dengan popularitas Qatar di dunia internasional.

Setidaknya, sejarah telah mencatat, Qatar adalah negeri Asia pertama yang berhasil menyelenggarakan World Cup secara mandiri. Tahun 2002, Jepang dan Korea Selatan memang menjadi tuan rumah World Cup. Tapi keduanya berkolaborasi. Sedangkan Qatar, negeri kecil dengan penduduk 2,9 juta jiwa itu, mampu melaksanakannya sendirian.

Juara Sejati World Cup adalah Qatar

Mungkin ini bukan sebuah fakta tentang juara sejati World Cup 2022 karena melalui serangkaian pertandingan sampai pada babak final Argentina sebagai juaranya yang mengantar popularitas Lionel Messi menjadi luar biasa sebagai legendaris pemain sepak bola dunia dan menjadikan Mbafee yang Istimewa karena berhasil memperoleh “Sepatu Emas” sebagai Mahkota Bola karena preatasinya menyarangkan gol terbanyak selama laga World Cup.

Keduanya berasal dari Club yang sama sebelumnya. Oleh karena itu secara historis akan dilihat dari sisi lain sehingga boleh jadi bisa digambarkan seolah justru pemenangnya adalah Qatar itu sendiri.

Juara World Cup sesungguhnya adalah Qatar. Bukan Perancis. Bukan Argentina. Bukan Mbappe. Dan bukan Messi.

Lo kenapa? Karena Messi dan Mbappe adalah dua pemain inti dari kesebelasan yang sama, Paris Saint-Germain (PSG) di Prancis. Dengan demikian, sejatinya World Cup 2022 adalah “pertandingan dalam negeri” PSG yang berbasis di Prancis. Ada pun “ringnya” di Qatar.

Persoalannya, siapa pemilik PSG? Ternyata bukan Prancis. Tapi Qatar itu sendiri. Tepatnya Qatar Sports Investments (QSI).

QSI adalah kendaraan investasi yang didanai oleh pemerintah Qatar, yang berfokus pada sektor olahraga dan leisure. QSI terafiliasi dengan sovereign wealth fund (SWF) dari Qatar Investment Authority (QIA) milik monarki Timur Tengah yang kaya minyak dan gas itu. Saat ini, merujuk berbagai sumber, QIA memiliki aset sekitar 300 miliar USD. QIA mempunyai aset (saham) di berbagai perusahaan besar di seluruh dunia, antara lain di Empire State Realty Trust, Uber, Asia Square, mobil listrik China Xpeng Inc, Qatar Airways, dan Ooredoo Hutchison — Indosat.

Yang disebut terakhir ini, QIA pemegang saham mayoritas (65%). Sehingga pelanggan Indosat di Indonesia turut “membayar” Messi dan Mbappe. Tapi jangan lupa, bola yang dipakai di World Cup Qatar adalah made in Madiun, Jawa Timur.

QSI membeli PSG pada 30 Juni 2011 dari perusahaan investasi asal Amerika Serikat Colony Capital. Harian Le Monde menulis, QSI menggelontorkan uang sekitar 130 juta USD untuk membeli klub bola tersebut . Setelah PSG dikuasai penuh QSI, klub kaya itu “membajak” sejumlah bintang lapangan hijau seperti Thiago Silva, Zlatan Ibrahimovic, hingga David Beckham dari berbagai klub di Eropa. Selanjutnya, PSG “memborong” pemain-pemain bintang yang mahal seperti Neymar (dari Barcelona), Sergio Ramos (Sevilla), Gianluigi (AC Milan), Achraf Hakimi (Inter Milan), Messi (Barcelona), Mbappe (AS Monaco), dan lain-lain. Di tangan QSI itulah, PSG tumbuh menjadi klub yang disegani di Eropa. Karena PSG bertabur bintang.

World Cup “Soft Power” menjadikan Qatar terkenal di Dunia

Pasca World Cup, niscaya popularitas Qatar akan melangit. Qatar – pinjam istilah The New Yorker – telah berhasil menjadikan World Cup sebagai “soft power” yang menjadi pusat perhatian dunia. Dan pastinya, berkat World Cup itu pula, sebagai salah satu negara terkaya di dunia, pengaruh Qatar akan makin luas. Ujungnya, ekonomi Qatar pun akan makin maju. Dan Qatar pun menjadi pemenang sejati World Cup.

Qatar dalam World Cup ini sungguh luar biasa dan sukses mulai dari persiapan, penyelenggaraan dan hasil serta plus dengan pembeda khusus sebagai Negara Islam adalah mengedepankan Nilai Agama kepada dunia yang hadir ke Qatar diantaranya Tidak ada sama sekali minuman beralkohol dan bahkan dilarang .

Menurut berbagai ahli dan laporan, diperkirakan biaya yang telah dikeluarkan Quatar kali ini melebihi US$ 200 miliar atau setara Rp 3.142,66 triliun (kurs Rp 15.713/dolar AS) dan bahkan masih bisa lebih tinggi lagi.

Dilansir dari detikcom, disebutkan bahwa menurut penelitian PwC (sebuah lembaga riset internasional), secara ekonomi sektor ini menjanjikan pertumbuhan sebesar 8,7% dalam tiga hingga lima tahun ke depan.

Piala Dunia 2022 dinilai dapat meningkatkan soft power Qatar dan menambah pengaruh politik, terutama karena semakin banyak acara serupa yang akan dilakukan.

Lebih lanjut disebutkan bahwa Qatar telah mempromosikan kampanye Piala Dunianya sebagai pertunjukan persatuan Arab sejak awal, memposisikan Piala Dunia sebagai kesempatan untuk membangun jembatan antara dunia Arab dan Barat.

Dengan Piala Dunia di Qatar tentu secara ekonomi akan memberikan dorongan bagi ekonomi Qatar, yang konon diperkiraan mampu meraih keuntungan US$ 17 miliar (setara Rp 266,9 triliun pada kurs Rp 15.700/US$).
(19122022@ bas) [jbm]

Pos terkait