Model Link and Match Sekolah dan Industri dalam Mewujudkan SMK Muhammadiyah Pusat Keunggulan (Centre of Excellence) Wilayah Provinsi Banten

Foto Dok. Dr. Ir. Sintha Wahjusaputri, M.M

Oleh: Dr. Ir. Sintha Wahjusaputri, M.M

Dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta

Bacaan Lainnya

Program Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merupakan bentuk implementasi atas Instruksi Presiden No. 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia. Menindaklanjuti Inpres No. 9 Tahun 2016, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan secara gamblang menginstruksikan untuk menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK sesuai dengan kompetensi kebutuhan pengguna lulusan (link and match).

Permasalahan yang menjadi isu-isu tantangan dalam mewujudkan link and match antara SMK Muhammadiyah dan Industri di Provinsi Banten adalah:

1. Sumber Daya Manusia (guru dan siswa) belum teredukasi dengan baik oleh pengetahuan dan pembelajaran yang mengacu kepada standar kompetensi yang ditetapkan oleh industri/asosiasi profesi dunia usaha dan industri (DU-DI), dan memuat isi yang menunjang pencapaian kompetensi.

2. Digitalisasi/infrastruktur yang belum memadai

3. Kolaborasi industri – pendidikan menengah vokasi (SMK) masih ada yang belum link and match.

4. Kapasitas pelatihan (bengkel) yang belum memadai bagi siswa sesuai standar industri

5. Regulasi/Kebijakan link and match harus disesuaikan antar pihak sekolah dan industri.

6. Lulusan siswa SMK Muhammadiyah banyak yang belum terserap oleh mitra dunia usaha dan industri (DU-DI)

Program “SMK Muhammadiyah Pusat Keunggulan (Centre of Excellence /CoE)”, Provinsi Banten, berfokus pada pengembangan SMK dengan kompetensi keahlian tertentu dalam peningkatan kualitas dan kinerja, yang diperkuat melalui kemitraan dan penyelarasan dengan dunia usaha dan industri (DU-DI), serta menjadi pusat peningkatan kualitas dan kinerja SMK. Program SMK Muhammadiyah Pusat Keunggulan (Centre of Excellence)” melalui model link and match SMK dan Industri.

Link” dan “Match” mengisyaratkan agar para lulusan siswa Muhammadiyah mempunyai wawasan atau sikap kompetititf, seperti etika kerja (work ethic), pencapaian motivasi (achievement motivation), penguasaan (mastery), sikap berkompetisi (competitiveness), memahami arti uang (money beliefs), dan sikap menabung (attitudes to saving). “Link” dan “Match” memerlukan perubahan kerangka pikir dari seluruh pelaksana pendidikan baik institusi pendidikan maupun staf pengajar harus pro aktif mengembangkan “link” dan “match” dengan dunia kerja.

Transformasi SMK Muhammadiyah Provinsi Banten terwujud melalui link and match yang mendalam dan menyeluruh, tidak hanya kerjasama (MoU), tetapi dengan 8+i keterlibatan dunia kerja disegala aspek penyelenggaraan pendidikan menengah vokasi, yaitu:

1) Kurikulum disusun bersama termasuk penguatan aspek softskills dan karakter kebekerjaan untuk melengkapi aspek hardskills yang sesuai kebutuhan dunia kerja;

2) Pembelajaran berbasis project riil dari dunia kerja (PBL) untuk memastikan hardskills akan disertai softskills dan karakter yang kuat;

3) Jumlah dan peran guru/instruktur dari industri dan ahli dari dunia kerja ditingkatkan secara signifikan (sampai minimal mencapai 50 jam/semester/ program keahlian);

4) Praktik kerja lapangan/industri minimal 1 semester;

5) Sertifikasi kompetensi yang sesuai standar dan kebutuhan dunia kerja (bagi lulusan dan bagi guru/instruktur);

6) Update teknologi dan pelatihan bagi guru/instruktur secara rutin dari dunia kerja;

7) Riset terapan mendukung teaching factory yang bermula dari kasus atau kebutuhan;

8) Komitmen serapan lulusan oleh dunia kerja serta;

i) Berbagai kemungkinan kerja sama yang dapat dilakukan dengan dunia kerja, antara lain: Beasiswa dan/atau ikatan dinas, Donasi dalam bentuk peralatan laboratorium, atau dalam bentuk lainnya.

Kesimpulan

1. Permasalahan ketidaksesuaian  (mismatch) kompetensi  lulusan siswa SMK tidak  mutlak kesalahan   pihak dunia pendidikan. Pihak Dunia Usaha dan Industri (DU-DI), sendiri tidak  mampu mengantisipasi  kompetensi yang bakal  muncul dan diharapkan di masa depan. Adanya mismatch (ketidaksesuain) tersebut menjadi salah satu hal yang menyebabkan pengangguran, karena  kompetensi  yang  diinginkan  oleh  dunia  industri  tidak  sesuai  dengan  kompetensi  yang  dimiliki oleh lulusan SMK.

2. Pola pembelajaran dalam mewujudkan keberhasilan pelaksanaan model link and match melalui pendekatan Competency based Training (pelatihan berbasis kompetensi) bagi siswa SMK mengacu kepada penguasaan kompetensi yang dimiliki, sehingga menghasilkan employability skills (softskill maupun hardskill) meliputi keterampilan personal, keterampilan interpersonal, sikap, kebiasaan, dan perilaku.

3. SMK wajib menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan Dunia Usaha Dan Industri (DU-DI), maka kurikulum harus disusun secara bersama-sama dengan industri (link and match) sesuai dengan bidangnya masing-masing. Guna mencapai tujuan tersebut maka SMK Muhammadiyah didorong untuk menggaet dunia industri menjadi mitra. Menggaet Dunia Usaha Dan Industri (DU-DI) bukan hanya untuk menyusun kurikulum, melainkan juga menjadi instruktur dalam proses pembelajaran SMK. [jbm]

Pos terkait