Maulisa Oktiana, Jajaran Doktor Termuda Unsyiah Asal Sibreh

Istimewa (Abu Teuming)

Barometernews.id | Aceh Besar, Wajah haru dan bangga menghiasi wajah Maulisa Oktiana, salah satu Doktor termuda di jajaran Universitas Syiah Kuala. Setelah melewati beberapa ujian tertutup hingga akhirnya melalui ujian sidang promosi Doktor pada hari Senin (20/01).

Wanita muda yang lahir di Sibreh pada tanggal 25 Oktober 1990 ini awalnya mengenyam pendidikan pada Magister Teknik Elektro pada tahun 2015 dengan beasiswa Program Magister Menuju Doktor Bagi Sarjana Unggul (PMDSU) dari Kemenristekdikti (Kemdikbud), menjalani kuliah Magister selama dua semester (satu tahun), kemudian pada tahun 2016 melanjutkan ke Program Studi S3 Doktor Ilmu Teknik Konsentrasi Teknik Elektro dan Komputer pada Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.

Bacaan Lainnya

Dibawah  Promotor Prof. Dr. Khairul Munadi, S.T., M.Eng, Ko-Promotor-I Prof. Dr. Yuwaldi Away, M.Sc, Ko-Promotor-II Prof. Dr. Fitri Arnia, S.T., M.Eng.Sc, Dr.Maulisa melakukan Riset tentang Pengenalan Iris dalam domain Lintas Spektrum khususnya spektrum Near Infra-red (NIR) dan spektrum Visible Light (VIS) dengan judul disertasi “ Metode Baru Pengenalan Iris Lintas Spektrum melalui Kombinasi Normalisasi Fotometrik dengan Deskriptor Tekstur dan fasa “. Dr. Maulisa berhasil mempertahankan disertasinya dengan perolehan Indeks Prestasi Kumulatif 3,93.

Didepan Penguji Prof. Dr. Ir. Marwan sebagai ketua sidang / Wakil Rektor I Universitas Syiah kuala, Prof. Dr. Syahrun Nur S.Si., M.Si. sebagai sekretaris sidang / Wakil Direktur I Program Pascasarjana Universitas Syiah kuala, Prof. Dr. Nasaruddin S.T M.Eng. sebagai penguji bidang konsentrasi, Dr. Hizir selaku penguji bidang konsentrasi, Prof. Dr. Marwan S.Si, M.Si sebagai penguji / Senat Universitas Syiah kuala, Prof. Dr. Ir. Dadang Gunawan M.Eng sebagai penguji dari luar institusi yaitu dari Universitas Indonesia.

Dr.Maulisa memperkenalkan iris merupakan salah satu aplikasi biometrika yang merupakan teknologi pengenalan diri dengan menganalisis pola – pola acak pada bagian iris. Dr.Maulisa mengembangkan sebuah metode baru untuk memperbaiki tingkat akurasi sistem pengenalan iris lintas spektrum dimana metode yang sudah ada saat ini rata – rata menghasilkan kinerja atau performance yang tergolong relatif rendah.

Hasil publikasi Dr.Maulisa selama studi menghasilkan 10 dokumen , 2 jurnal internasional terindeks scopus Quartile 1, 1 jurnal internasional terindeks scopus Quartile 2, 1 jurnal nasional terakreditasi, 4 prosiding seminar internasional terindeks scopus (Banda Aceh, Bali, Romania), 2 seminar nasional (Banda Aceh).

Ia pun berkesempatan melakukan pertukaran pelajar (student exchange) melalui program Peningkatan Kualitas Publikasi Ilmiah (PKPI) tahun 2018 dari Kemenristekdikti ke Chiba University Jepang selama 3 bulan dibawah supervisor Prof Takahiko B.E., M.E., Ph.D. dan Associate Prof. Keita Hirai B.E., M.E., Ph.D.

Di Jepang telah banyak dilakukan riset mengenai teknologi pengenalan iris, sehingga melakukan penelitian di Jepang khususnya di Laboratorium Horiuchi and Hirai di Chiba University sehingga sangat banyak membantu dalam mengembangkan penelitiannya.

Dr.Maulisa mengambil dan Mengolah data yang diperoleh berdasarkan hasil simulasi di Laboratorium Horiuchi and Hirai Chiba University, melakukan diskusi dengan para ahli di bidang Color and Image Processing serta menulis Jurnal Internasional sehingga menghasilkan publikasi international.

“Banyak  suka duka selama mengikuti Student Exchange di Jepang, diantaranya harus meninggalkan anak yang saat itu baru berusia 21 bulan dan baru di sapih menyusui, suami dan keluarga. Sehingga Maulisa bertekad untuk berkerja keras setiap hari selama 3 bulan. Datang kekampus jam 9 pagi dan pulang jam 9 malam, bahkan terkadang Sabtu dan Minggu pun dihabiskan dikampus,” Ungkap Dr. Maulisa.

Perjalanan dari rumah kekampus dilakukan dengan menaiki sepeda menuju ke stasiun sekitar 3 KM, dilanjutkan dengan menaiki kereta api dengan dua kali pergantian line kereta yaitu Hamano station ke Chiba station, kemudian dari Chiba dilanjutkan ke Nishi-Chiba station, diakhiri dengan berjalan kaki dari stasiun menuju kampus sejauh 2 KM.

Sebagian besar waktu dikampus dihabiskan untuk melakukan riset, hanya istirahat untuk shalat dimana 4 waktu shalat dihabiskan dikampus, Zhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya, serta makan siang dan makan malam bawa bekal dari rumah yang dimasak sendiri dengan membeli bahan dari supermarket dekat kampus Chiba.

Tak jarang Maulisa harus memakan nasi yang sudah dingin dan keras seperti es batu, karena bekal yang dibawa Maulisa dari rumah sudah membeku akibat dinginnya cuaca yang saat itu sudah memasuki musim dingin dengan suhu dibawah 5 derajat celcius. Bahkan pernah suatu hari pada hari Sabtu Bulan Januari 2019, Maulisa harus menyelesaikan proses submisi pada sebuah jurnal internasional, tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 10.15 pm (22.15 WIB).

“Jika pada hari kerja (week day) kampus Chiba buka 24 jam namun Sabtu dan minggu (weekend) kampus hanya buka sampai pukul 06.00 pm (18.00 WIB) sehingga saat itu pintu pagar kampus pun dikunci sehingga harus memanjat pagar kampus dalam cuaca yang nyaris 0 derajat agar bisa pulang ke rumah malam itu,” Kenang Dr.Maulisa yang berdomisili di Gampong Reuhat Tuha Sibreh Aceh Besar dan juga mantan Anggota Remaja Mesjid Sibreh. [Red/AT]

Pos terkait