Memahami Konsep Sekolah Islam Terpadu

Foto : Dr. Sabaruddin, M.Si, Akademisi dan Pemerhati Pendidikan, Tinggal di Langsa

Oleh Dr. Sabaruddin, M.Si
Akademisi dan Pemerhati Pendidikan, Tinggal di Langsa

Sekolah Islam Terpadu dewasa ini memiliki magnet tersendiri bagi para orang tua/wali calon murid untuk menyekolahkan anaknya dengan harapan mendapatkan kualitas belajar yang lebih baik dari sekolah konvensional. Perlu dicerdasi mengenai Sekolah Islam Terpadu dari segi jenjang, standar, konsep dan manajemen dalam pelaksanaan proses pembelajaran untuk mencapai kualitas yang diharapkan.

Bacaan Lainnya

Sekolah Islam Terpadu sering disingkat dengan “IT” seperti SDIT, SMPIT dan SMAIT, bahkan ditingkat TK/PAUD juga ada yang menyelenggarakan dengan konsep sekolah Islam Terpadu. Sebagian sekolah IT adalah singkatan dari “Islam Tahfiz” seperti SDIT A bermakna Sekolah Dasar Islam Tahfiz A.

Dari segi penamaan sekolah akan mencerminkan konsep yang dijalankan pada sekolah, label Tahfiz menjalankan sekolah dengan konsep keterpaduan antara hafalan Al-Qur’an dan pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Biasanya sekolah memiliki target hafalan anak-anak untuk setiap jenjang sekolah. Kebanyakannya sekolah menerapkan sepenuh hari (Full Day).

Sekolah Islam Terpadu dapat dimaknai sebagai Sekolah Islam yang mengintegrasikan keilmuan sains dengan Al-Quran dengan pendekatan pembelajaran yang kooperatif untuk meningkatkan kemampuan dan kesadaran siswa terhadap kebesaran Allah melalui keterpaduan Sains dan Al-Quran.

Untuk mencapainya perlu diperhatikan standar sekolah yaitu sarana yang memadai seperti adanya tempat/mushalla atau masjid anak-anak belajar dan menghafal selain kelas belajar, adanya perpustakaan untuk meningkatkan literasi anak, adanya laboratorium untuk meningkatkan skill anak-anak, adanya taman yang indah untuk membuat anak betah di sekolah.

Karena sekolah terpadu siswa di sekolah sepenuh hari (Fullday), adanya media teknologi belajar yang membantu kegiatan belajar siswa secara cepat dan cermat, kecukupan guru dan rasio murid di kelas sangat menentukan ciri khas sekolah Islam Terpadu. Idealnya sekolah Islam Terpadu setiap guru mengasuh maksimal 15 orang murid, kelas memiliki ukuran yang sesuai memberikan kenyamanan belajar bagi murid.

Guru menjadi perhatian bagi penyelenggaran sekolah terpadu, perlu adanya seleksi yang ketat terhadap kemampuan calon guru, latar belakang dan sikap guru. Untuk mendapatkan guru yang bagus tentunya juga perlu diperhatikan honorarium yang layak sesuai dengan standar daerah.

Kalau guru mendapatkan upah yang layak insyaAllah akan berdampak baik terhadap kinerjanya. Konsep Sekolah Islam Terpadu berbeda dengan sekolah konvensional biasa, setiap pembelajaran akan dikaitkan dengan Al-Qur’an, tentunya juga sesuai dengan tema-tema yang sajikan dalam pembelajaran tematik khususnya di Sekolah Dasar namun di sekolah menengah tidak sepenuhnya tematik namun semua pelajaran terkait dengan Al-Quran.

Kita lihat kebanyakan sekolah terpadu membagi dua fase pelajaran, fase pertama dipagi hari digunakn untuk menghafal Al-Quran dan siang harinya digunakan untuk pelajaran umum seperti sekolah biasa. Hal ini dapat dikatakan belum memenuhi standar proses Sekolah Islam Terpadu, walaupun dari waktu belajar sudah lebih baik dari sekolah biasa yang belajar separuh hari.

Pemahaman tentang konsep IT hal mutlak harus diketahui oleh yayasan, pengelola atau penyelenggara sekolah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal dan sesuai dengan label sekolah IT, bukan hanya sekedar sekolah dengan tambahan jam belajar dengan konsep full day bahkan ada yang menggunakan label IT sebagai magnet untuk menarik minat orang tua, yang sangat parah ada juga sekolah yang hanya mementiangkan kuantitas siswa dan belum memberikan garansi terhadap kualitas kognitif, afektif dan psikomorik siswa.

Tentunya yang disayangkan pihak orang tua/wali yang bermimpi dan menaruh harapan kepada sekolah untuk mendidik anaknya lebih dari sekolah biasa. Apalagi sekolah IT bukan sekolah negeri, jadi sangat dimaklumi kalau biayanya juga lebih besar dari sekolah negeri karena segala operasional sekolah ditanggung oleh yayasan yang bersumber salah satunya dari pembiayaan orang tua siswa.

Opini ini menekankan kepada penyelenggaraan Sekolah Islam Terpadu dimanapun berada, jangan pernah tergiur dengan jumlah murid yang banyak! Jumlah murid bukan ukuran keberhasilan dalam mengurus sekolah. Meskipun peminatnya banyak tapi tampung murid sesuai dengan sumber daya sekolah yang ada.

Sesuaikan dengan jumlah guru, luas area sekolah, jumlah kelas dan rasio murid dalam kelas haruslah seimbang. Sekolah Islam Terpadu bukan hanya sekedar sekolah tetapi ladang amal bagi penyelenggaran karena disini murid dibekali untuk dunia dan akhirat dengan keceradan emosi, sosial, spiritual dan intelegensi, jadikanlah ini sebagai amalan yang baik tidak menimbulkan kekecewaan pihak manapun.

Akhirnya saya ucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada seluruh penyelenggaraan dan pengelola sekolah IT yang telah memberikan perhatian kepada dunia pendidikan yang berbeda dan memberikan banyak kelebihan serta mewarnai dunia pendidikan di masa yang kontemporer saat ini.

Dengan harapan apa yang telah dilaksanakan akan terus di sempurnakan untuk menghasilkan kualitas yang baik terutama kualitas insan penerus bangsa yang akan menjadi pemimpin dimasa yang akan datang. Semoga!
[Red/CH]

Pos terkait