Oleh: Karyadi el-Mahfudz, S.Th.I, MA
Bagian ke 2
Rasulullah SAW selalu mengingatkan kita untuk selalu mengatakan “Qulil haqqa walau kana murran,” yang mengandung makna “Katakanlah yang benar walau itu pahit,” ini menegaskan karena memang kebenaran bagi sebagian orang menjadi keadaan yang penuh dengan kepahitan itu sendiri. Penuh rekayasa dan syarat kamuflase, yang tanpa kita sadari menggrogoti sendi-sendi tatanan kehidupan, inilah yang sedang terjadi di sekitar kita kali ini. Ketika kebohongan sudah mengurat-nadi, hoax berseliweran tanpa tabayun yang berimbang, seolah olah kebenaran enggan menunjukkan diri. Bukan karena malu atau terdesak dengan kebohogan, namun karena keduanya tak mungkin ada berdampingan dengan kebenaran.
Allah SWT menyuruh hamba-Nya untuk senantiasa menjaga perkataan yang tegas, atau “qaulan sadidan” yaitu konsep perkataan yang benar, tegas, jujur, lurus, tidak berbelit-belit dan tidak bertele-tele. Bahkan diantara kita pola berfikirnya harus fase demi fase “jika masih mudah mengapa dipersulit,” kerjakan urusan yang fokus baru menyelesaikan urusan yang lain, jangan sampai kebanyakan yang diurusin sehingga ampar-amparan, apalagi salah urus jauh lebih berbahaya.
Dalam Al-Qur’an, kata qaulan sadidan disebut 2 kali, yaitu :
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَا فُوْا عَلَيْهِمْ ۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 9)
Asbabunnuzul An-Nisa ayat 9 kala Saad bin Abi Waqas hendak menyerahkan harta untuk diinfakkan, maka Rasul bersabda, “Lebih baik kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan daripada miskin yang meminta-minta kepada manusia” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam Tafsir al-Misbah, Prof. Dr. M. Quraish Shihab menjelaskan Surat an-Nisa ayat 9 merupakan pedoman bagi umat Islam agar memperhatikan kesejahteraan anak-anaknya. Ayat ini merupakan peringatakan bagi pemilik harta yang membagikan hartanya hingga anak-anaknya terbengkalai.
Qaulan Sadidan menurut pemaparan atau arti dari surat di atas yaitu suatu pembicaraan, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi materi, isi, pesan maupun redaksi tata bahasa.
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا ۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,”
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 70)
Surat al-Ahzab ayat 70 dengan tegas memerintahkan umat Islam untuk berperilaku yang jujur. Kata jujur dalam bahasa Arab adalah الصدق yang artinya benar atau nyata. Dalam istilah Bahasa Indonesia, jujur bermakna kesesuaian antara informasi dan kenyataan, perbuatan dan ucapan.
Menjadi peribadi yang jujur bararti antara ucapan dan tindakannya selaras. Ia tidak pernah membuat kebohongan atau memanipulasi fakta, apa yang dikatakan berdasarkan kenyataan. Sifat jujur adalah cerminan dari rasa keimanan.
Dari kedua konteks ayatnya, qaulan sadida merupakan perkataan yang jelas, tidak meninggalkan keraguan, meyakinkan pendengar, dan perkataan yang benar tidak mengada-ada (buhtan: tuduhan tanpa bukti).
Meski jujur menjadi barang langka di era millenial sekarang ini, yang membutuhkan panduan serta arahan-arahan yang praktis dengan menggunakan media online. Kita pantas merasa takut jika meninggalkan generasi yang ‘lemah’ dengan generasi terdahulu. Maka kita harus mampu mengaplikasikan ‘qaulan sadida’ yaitu perkataan yang benar yang hendaknya harus menjadi patokan setiap muslim dalam berkata-kata dalam kehidupan sehari-hari. Banyak contoh kehidupan yang dapat kita jadikan itibar, bahkan ketika ditanya tentang siapa yang datang terlambat pada kelas kuliah jam 7 pagi, maka harus dijawab dengan jawaban yang benar, sekalipun itu berat untuk mengatakan yang jujur dan benar, tetapi Allah menjanjikan pahala yang besar untuk orang-orang yang berkata jujur dan benar kepada manusia. Apakah kita masih tergolong orang yang selalu berkata benar atau sebaliknya ? Wallahu’alam. []