Qaulan Maysura, Berkata yang Mudah

Foto Ilustrasi

Bagian ke lima

Oleh : Karyadi el-Mahfudz, S.Th.I, MA

Bacaan Lainnya

Hampir dalam keseharian kita pasti mendengar atau bahkan membaca ungkapan yang tak sepatutnya diucapkan oleh manusia yang mempunyai kedudukan mulia disisi rabb-Nya, maka tak elok kalau fikiran, hati dan ucapan kita dipenuhi oleh umpatan penuh kebencian, bahkan dalam surat al-Humazah Allah sudah mengingatkan kita, ‘Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela,’ dipastikan akan dimasukkan ke dalam neraka, ‘Sekali-kali tidak! pasti dia akan dilemparkan ke dalam neraka  hutomah.’ Berhentilah mengumpat apalagi mencela, mulailah berkata dengan mudah penuh dengan kelembutan, Allah berfirman :

“Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut.”

(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 28).

Secara etimologis, kata maysuran berasal dari kata yasara yang artinya mudah atau gampang (Al-Munawir). Ketika kata maysuran digabungkan dengan kata qaulan menjadi qaulan maysuran yang artinya berkata dengan mudah atau gampang. Berkata dengan mudah maksudnya adalah kata-kata yang digunakan mudah dicerna, dimengerti, dan dipahami oleh komunikan, sehingga bahasa yang disampaikan akan mudah dicerna oleh masyarakat umum, ini menjadi tugas bersama untuk menyampaikan pesan moral dengan jelas dan gamblang.

Ayat tersebut turun terkait dengan sebuah peristiwa ketika orang-orang dari Muzainah meminta kepada Rasulullah SAW supaya diberi kendaraan untuk jihad.

Rasulullah SAW mengatakan bahwa beliau tidak mendapatkan lagi kendaraan untuk mereka. Hal itu membuat orang-orang Muzainah tersebut berpaling dengan air mata berlinang karena sedih dan mengira bahwa Rasulullah SAW marah kepada mereka. Maka turunlah Q.S. al-Isra’ : 28 yang menjadi petunjuk bagi Rasulullah SAW bagaimana seharusnya menolak sebuah permintaan.

Al-Sabuni dalam Safwah al-Tafasir menjelaskan qaulan maisura  dengan perkataan yang halus, mudah dicerna, disertai dengan janji yang “indah” untuk mereka. Sedangkan Ibnu Kasir dalam kitabnya menjelaskan bahwa qaulan maisura adalah ucapan yang pantas, serta janji yang menyenangkan yang memberi harapan positif bagi pihak yang diberi janji.

Salah satu prinsip komunikasi dalam Islam adalah setiap berkomunikasi harus bertujuan mendekatkan manusia dengan Tuhannya dan hamba-hambanya yang lain. Islam mengharamkan setiap komunikasi yang membuat manusia terpisah dari Tuhannya dan hamba-hambanya. Seorang komunikator yang baik adalah komunikator yang mampu menampilkan dirinya sehingga disukai dan disenangi orang lain. Untuk bisa disenangi orang lain, ia harus memiliki sikap simpati dan empati. Simapti dapat diartikan dengan menempatkan diri kita secara imajinatif dalam posisi orang lain. Komunikasikan ide gagasan dengan qaulan maysura dalam ranah apapun menjadi prasyarat agar komunikasi kita merangsek ke dalam relung hati setiap audiens, perkataan yang tidak bersayap yang cenderung bikin audiens ambigu.

Namun dalam komunikasi, tidak hanya sikap simpati dan empati yang dianggap penting karena sikap tersebut relatif abstrak dan tersembunyi, tetapi juga harus dibarengi dengan pesan-pesan komunikasi yang disampaikan secara bijaksana dan menyenangkan, bukankah kita diajarkan membuat orang tersenyum bukan sebaliknya membuat orang galau, gelisah bahkan cenderung mengarah pada ujar an kebencian yang berujung anarkis

Kesimpulannya, qaulan maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah dimengerti, dan mudah dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan. Jadikan ucapan kita harus mengandung nilai keridhaan bukan nilai kemurkaan, sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda:

Artinya: “Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk keridhaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu, Allah menaikkan beberapa derajat. Dan sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk kemurkaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu, dia terjungkal di dalam neraka Jahannam.”

( Hadits Bukhari )

Setidaknya dengan kita selalu merawat lisan kita, tentu keselamatan dan kedamaian akan menghampiri kita, kita pun akan dijauhkan dari bara siksa api neraka, jika kita mampu mengolah kata dengan baik dan bijaksana. []

Pos terkait